🌠 • 47 • Kepergian Marsya

49 27 38
                                    

“Karena di balik setiap pilihan ada harga yang harus dibayar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Karena di balik setiap pilihan ada harga yang harus dibayar.”

🌠

Malam itu kesunyian menyelimuti. Seorang gadis duduk memandang kosong pekarangan rumah panti. Pikirannya melanglang buana mengingat percakapannya bersama seorang laki-laki.

"Gue dengar, kalian nggak punya hubungan darah," bisiknya lirih.

Bagaimana Hansol mengetahuinya? batin Sana gusar. Selain dia dan Zahra tidak ada yang mengetahui kebenaran tersebut. Mungkinkah ada orang lain selain mereka yang diam-diam menyebar luaskannya? Tidak. Jika benar pun, kenapa baru sekarang sampai ke telinganya? Rasanya mustahil membiarkan Sana menyadari hal itu. Lalu apa tujuannya?

Beberapa meter di belakang Sana terlihat dua orang gadis mengamati si gadis.

Apa gue harus bilang soal Marsya, ya? Tapi dia bakal marah ke gue, batin gadis seusia Sana bimbang.

Di satu sisi, Dinda tidak suka melihat Sana yang hidup seadanya tak bertenaga. Sedangkan di satu sisi lainnya, Marsya melarangnya mengatakan apapun mengenai dirinya di rumah panti kepada siapapun, utamanya Sana. Dinda paham Marsya bukan mengucapkannya tanpa alasan ataupun hanya sekadar mengancamnya.

Gadis di sebelah Dinda juga bergumul dengan pikirannya sendiri. Ayumi membuang napas kasar. Pengakuan tiba-tiba salah satu pegawai di restoran tempatnya bekerja yang berkata bila dirinya merupakan ibu kandung Sana. Mama kandung yang telah mencampakkan putri semata wayangnya.

Memastikan ucapan Zahra, Ayumi menemui Bu Annisa selaku orang yang menyuruh Sana pergi ke restoran hari itu. Dari sanalah, Ayumi mendengar berbagai fakta lain yang baru diketahuinya, yang lama disembunyikan Bu Annisa. Keterkaitan antara satu sama lain yang–entah memang di sengaja atau tidak–begitu memilukan. Ayumi tidak berani membayangkan rasa sakit di antara mereka yang terlibat. Terlebih berada di posisi Sana. Terlalu banyak beban yang dipikulnya sendirian.

"Kak." Suara seorang anak perempuan menyelinap. "Aku nggak suka lihat Kak Lintang yang sekarang," lanjutnya mengungkapkan isi hati.

Dinda mengelus kepala Sheira lembut. "Nanti juga Kak Lintang balik kayak dulu, kok."

Ayumi mengimbuh tak lupa memajang senyum menenangkan andalannya. "Kita kasih waktu buat Kak Lintang, ya, Shei."

Kembali ke Sana. Gadis itu asyik memandangi langit yang gelap gulita. Sinar-sinar kecil itu memancarkan cahayanya. Tak urung senyum Sana turut terkembang manis.

"Kak Lintang."

Sana melongok. "Felda?" Sana mengambil alih buku di tangan anak kecil tersebut. "Ini Kakak?" tanya Sana memastikan sambil menunjuk gambar seorang perempuan duduk sendirian memperhatikan bintang di malam hari.

Felda mengangguk kecil.

"Makasih, loh. Kakak suka sama gambarnya." Setelah perbincangan Sana dan Felda dahulu, hubungan mereka perlahan makin dekat, hampir melebihi hubungan Sana dengan Sheira.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang