🌠 • 60 • Maaf yang Tak Layak

34 16 10
                                    

“Sebesar apapun penyesalannya tidak sebanding dengan apa yang telah terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sebesar apapun penyesalannya tidak sebanding dengan apa yang telah terjadi.”

🌠

Wanita paruh baya itu menumpukkan dahi heran memperhatikan putra tunggalnya terhanyut dalam dunianya sendiri. Sibuk mengetikkan sesuatu di benda pipih di tangannya, mengabaikan makanan yang belum tersentuh sama sekali. "Gara? Handphone-nya taruh dulu. Itu makanannya dimakan," tegur Mutia.

Sadar. Gara meminta maaf, lantas menaruh ponselnya.

"Kamu udah resmiin hubungan kalian, kan?"

Gara tersedak mendengar kalimat bernada tanya Mutia.

Mutia menyodorkan segelas air putih. "Minumnya pelan-pelan," imbuh Mutia.

"Mama tahu dari mana?" Gara bertanya hati-hati.

Mutia terkekeh. "Gimana Mama nggak tahu kalau setiap hari kamu sering pulang telat. Di rumah juga Mama lihat kamu cuma mainin handphone terus," terang Mutia. "Jadi udah berapa lama kalian pacaran?"

"Ma!" seru Gara salah tingkah. Berusaha menyembunyikan semburat merah jambu di wajahnya.

Tawa Mutia pecah. Benar-benar pemandangan yang langka. Putranya yang acap bersikap tak acuh itu sedang di masa-masa kasmaran karena seorang gadis.

Gara tertegun. Pertama kalinya melihat tawa Mutia tanpa dibuat-buat, setelah keluar dari rumah mereka dulu. "Mama nggak marah?"

"Marah? Kenapa Mama harus marah?" Beberapa saat berlalu Mutia baru mengerti. "Nggak, Gara. Mama nggak marah."

Mutia mengumbar senyum. "Mama udah bilang sebelumnya, Mama tahu gimana perasaan kamu sama Lintang, tapi waktunya yang salah. Kalian bertemu di saat yang kurang tepat." Mutia melanjutkan, "Dan sekarang semua udah berlalu. Mama nggak akan halangin hubungan kalian. Mama bakal dukung apapun yang kamu mau mulai sekarang."

Jika di ingat-ingat kembali, Mutia tidak pernah melarang Gara menemui Lintang di panti asuhan. Bahkan Mutia tidak ragu menawari Gara untuk berkunjung ke panti asuhan.

"Apalagi kalau ada yang mau rebut dia dari kamu. Mama siap bantuin kamu," canda Mutia berbisik.

Gara ikut tertawa kecil. Setelah tinggal berdua bersama Mutia, Gara sadar Mutia sangat suka bersenda gurau, terlebih menggoda dirinya.

"Kapan kamu mau kenalin Lintang ke Mama? Suruh Lintang main ke sini," ujar Mutia. "Ada yang harus Mama bilang ke dia," sambung Mutia lirih.

Gara diam sejenak. "Kebetulan akhir pekan ini, aku mau ajak Lintang ke luar," balas Gara, mengusir pemikiran buruknya dan mempercayai wanita yang melahirkannya ke dunia.

"Makasih, ya. Kamu tenang aja. Nggak akan Mama apa-apain, kok." Mutia tersenyum. "Mama pernah bikin salah sama dia."

"Mama nggak perlu bilang ke aku."

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang