“Seharusnya aku tidak menginginkan hidup layaknya buah stroberi. Karena di dalamnya lebih banyak rasa asam di banding rasa manis.”
🌠
Situasi kantin hari ini cukup ramai. Beberapa dari mereka bahkan harus berdesak-desakan demi mendapat menu makanan yang di inginkan. Ada pula yang menyerah dan memilih membeli makanan di antrian yang pendek agar tidak memakan banyak waktu.
"Gara!" seru Riel menegur.
Si pemilik nama tersadar dari lamunannya. "Apaan?"
Riel berdecak pelan. Seharian ini, pikiran teman sebangkunya itu tak berada di tempatnya. "Mikirin Sana?"
Gara mengangguk. Setiap Gara berusaha menemui Sana, si gadis malah semakin ingin melarikan diri darinya. Belum lagi, temannya–yang terkenal suka memainkan hati banyak perempuan itu–gencar mendekati Sana.
"Kasih dia waktu. Ini bukan hal yang mudah. Dia banyak berharap sama pertemuan kalian dulu, tapi siapa sangka kalau itu bikin kondisi kalian kayak sekarang."
"Yeri benar, Gar. Seperti yang lo tahu, belum lama dia sekolah di sini, dia udah jadi bahan pembicaraan sampai-sampai keluar sekolah," terang Riel membenarkan ucapan gadis di sampingnya.
Gara manggut-manggut patuh. Mungkin dengan begitu, Sana dapat mengambil keputusan dengan bijak sebelum benar-benar mengakhiri semuanya. Mengingat perjuangan Sana untuk menemukannya bukanlah hal semudah membalikkan telapak tangan. Tekad Sana patut diacungi jempol, dia tidak main-main ketika mempunyai tujuan. Akan tetapi, saat tujuannya mulai kehilangan arah, dia ikut terombang-ambing.
"Kalian balikan?" tanya Gara menatap Riel dan Yeri yang duduk bersebelahan.
Yeri melirik Riel yang juga memandanginya. "Belum lama," balas Riel di iringi senyum bahagia, enggan menutupinya barang sedikit pun.
Gara lantas berdiri, tidak ingin mengganggu dua sejoli tersebut. Padahal beberapa hari lalu, Riel masih merecokinya yang kesulitan mendekati Yeri yang terus-menerus menjaga jarak. Dan, sudah dia duga, Riel dan Yeri pasti kembali balikan cepat atau lambat. Riel yang bucin selalu mengikuti ke manapun sang kekasih dan Yeri yang malu-malu kucing melihat tingkah Riel yang tidak biasanya.
"Semoga aja Sana bisa ambil keputusan yang terbaik," rapal Yeri tak kuasa melihat raut sendu Gara bak ditinggalkan tuannya.
Riel cemberut. "Sayang, lihat aku aja. Jangan lihat yang lain."
Yeri merinding mendengarnya. Selama berpacaran, baik dirinya atau Riel, jarang mengucapkan panggilan tersebut. "Gavariel!"
Riel terkekeh. "Sayang," ulang Riel dengan sengaja.
Secepatnya Yeri angkat kaki sebelum kelakuan Riel makin menjadi-jadi. Setelah balikan, Riel menunjukkan sikap terpendam dalam dirinya yang tertutupi sisi dewasa dan tenangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...