🌠 • 62 • Escape From You

70 30 53
                                    

“Aku tidak memiliki harapan apapun lagi karena Tuhan telah mengabulkannya, yaitu mempersatukan kita berdua, sama seperti dahulu kala, di tempat kita bertemu pertama kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku tidak memiliki harapan apapun lagi karena Tuhan telah mengabulkannya, yaitu mempersatukan kita berdua, sama seperti dahulu kala, di tempat kita bertemu pertama kali.”

🌠

Kepalanya terputar, menyisir pemandangan di sekelilingnya, mencari sosok yang dia cari dari sebelum acara di mulai sampai acara berakhir.

Sebuah tepukan di bahu terasa. "Nyari Sana?"

Gara mengiakan tanpa repot-repot menoleh pada temannya. Berusaha menemukan sang kekasih di tengah-tengah puluhan orang yang berlalu-lalang. Aneh. Padahal beberapa kali Gara melihat teman-teman Sana yang juga menjadi panitia acara, seperti Sana. Tapi, Gara tidak sekalipun melihat kekasihnya, bahkan batang hidung Sana tidak terlihat.

Berulang kali Gara menghubungi, tapi Sana tidak mengangkatnya ataupun membalas pesannya. Sesibuk itu, kah, Sana?

"Kalem, Gar. Pacar lo nggak bakalan hilang," ucap Riel terkekeh geli. Tidak menyangka temannya yang dulu sulit didekati perempuan kini menjelma menjadi kekasih yang cukup posesif.

Gara mendengus. "Nggak sibuk lo?" sindir Gara.

Riel terkekeh tidak merasa tersinggung. "Tuh, lagi ngobrol bareng temen-temennya," balas Riel.

Gara mengikuti ke mana arah mata Riel tertuju. Sekumpulan para gadis yang sedang asyik bercengkerama, entah apa yang mereka bicarakan.

Riel tersenyum melihat Yeri tertawa. Gadis itu tampak cantik memakai dress kebaya sepanjang betis berwarna beige. Rambutnya yang digulung rendah terpasang pin sebagai aksesoris.

"Gue duluan," sahut Gara, berjalan cepat menyusuri lautan orang-orang. Gara tidak mengacuhkan panggilan Riel. Melangkahkan kakinya mengikuti dua orang yang sangat Gara kenali.

"Hah, thanks, ya, udah mau bantuin," sahut si gadis mengusap peluh di kening.

"It's okay, San. Nggak mungkin gue biarin lo angkat barang sebanyak ini sendirian," tutur si lelaki.

Sana terkekeh kecil. Getaran di saku celana hitamnya mengalihkan fokus Sana. Sana menahan napas melihat nama kontak di ponselnya. "Emm … Ka, gue boleh minta tolong?"

Angkasa mengangguk.

Sana mengedarkan pandangan, memastikan tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka. Sana mengisyaratkan Angkasa untuk mendekat.

Angkasa mengernyitkan dahi bingung. Meski demikian Angkasa menurut dan mendekatkan diri.

"Sebenarnya gue–"

"Lintang!"

Terdengar suara familier menyusup di indra pendengar Sana. Tubuh Sana menegang kaget. Secepat kilat menjauhkan diri dari Angkasa. "B–Bintang?" panggil Sana terbata-bata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang