“Jika suatu saat nanti, kamu memilih pergi dariku. Maka ingatlah satu hal. Kebahagiaanmu adalah hal utama bagiku.”
🌠
Langkah kaki seorang gadis bergerak riang. Senyum terpasang di rupa cantiknya. Sangat kentara jika mood-nya sedang baik—tak peduli seberapa dia berusaha menutupinya, Jarinya menari-nari di atas ponsel, membalas pesan seseorang. Pergerakannya tak luput dari perhatian orang-orang di sekelilingnya.
Sebuah tarikan agak keras di lengannya mengakibatkan gadis itu hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya sendiri. Beruntung, si pelaku segera menopang sisi tubuhnya yang lain.
"Ocha?"
Raut wajah temannya itu sedang tidak baik-baik saja. Terbukti dari deru napas Ocha yang tersengal-sengal seperti dikejar-kejar hantu. Sana menoleh ke belakang Ocha, menemukan dua perempuan yang berlari sekuat tenaga. Mereka adalah Marri dan Yasmin.
Sana terkekeh pelan. Entah apa yang tengah mereka mainkan. Mengadakan lomba berlari ke sekolah, mungkin? Sana menepuk-nepuk pundak Ocha yang masih mencoba menormalkan napasnya. "Selamat, lo pemenangnya, Cha," sahut Sana memberi selamat.
Sana mengernyit heran. Di belakang, Marri dan Yasmin membuat gerakan tangan menyilang lalu seolah-olah menyuruh Sana untuk pergi. "Mereka kenapa?" gumam Sana.
Ocha meraih bahu Sana, agak menekannya hingga Sana meringis pelan. "Selamat, lo pemenangnya, San," ujar Ocha membalikkan ucapan Sana.
Sana mengernyit bingung. "Selamat buat apa?"
"Hari ini gue nggak akan biarin lo lolos, San." Ocha menyimpulkan senyum miring, mendekatkan diri pada Sana, berbisik pelan, "Gue dengar, kalian pacaran."
Tubuh Sana menegang seketika. Bola mata Sana bergerak gelisah. Sana sulit menegak ludah bak ribuan kerikil memaksa masuk lewat kerongkongannya. "C—Cha," sahut Sana terbata-bata.
"Nggak, kan? Lo pasti cerita ke kita," balas Ocha. Aura gelap di sekitar Ocha jelas bukan pertanda baik.
Sana memejamkan mata sesaat. "Iya, gue pacaran sama Gara," lugas Sana.
Hening. Beberapa menit berlalu. Sana membuka sebelah matanya perlahan.
"Cha, kita bisa bicarain ini baik-baik," kata Yasmin.
Marri manggut-manggut cepat. "Gue yakin Sana punya alasan kenapa nggak cerita ke kita."
Selagi Ocha mematung, Yasmin memberi sinyal kepada Sana untuk berjalan mundur perlahan, memanfaatkan waktu sebaik mungkin sebelum kesadaran Ocha kembali.
Ocha menggapai pergelangan tangan Sana. "Gue belum selesai ngomong."
"Sekarang!" teriak Marri sembari menepis tangan Ocha supaya Sana bisa terbebas.
Sana berlari cepat melewati siswa-siswi yang menyaksikan aksi keempat bersahabat tersebut.
Sedangkan Marri dan Yasmin menahan tubuh Ocha sekuat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...