🌠 • 08 • Target Buruan

162 128 57
                                    

“Alih-alih mencari sosok yang kurindukan kehadirannya, aku malah terperangkap bersamamu, hingga aku sadar tak ada jalan untuk kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Alih-alih mencari sosok yang kurindukan kehadirannya, aku malah terperangkap bersamamu, hingga aku sadar tak ada jalan untuk kembali.”

🌠

Deru napasnya terdengar tak beraturan. Meski rasa lelah mendera, langkah kakinya tak henti bergerak. Sedikit lagi dan dia akan menemukannya. Matanya membelalak begitu melihat gerbang sekolahnya hampir ditutup. "Jangan!" jeritnya lantang. "Aduh, Pak tolong buka gerbangnya. Hari ini saya ada ulangan harian," ujarnya berdalih.

Belum sempat pria paruh baya penjaga gerbang itu bicara, sebuah suara menyahut. "Terlambat lagi?"

Ini anak ngapain, sih di sini? Suka banget lihatin yang telat, gerutu Sana dalam hati. "Kenapa lihatin gue? Naksir, hah?!" selaknya melihat Gara menelitinya dari atas kepala sampai ke bawah kaki, setidaknya saat ini penampilan Sana cukup baik, tidak seburuk sebelumnya.

Gara mengisyaratkan pria tadi membuka gerbang membiarkan Sana masuk. Tanpa perlu disuruh dua kali, pria itu menurut.

"Benar kamu ada ulangan?"

Sana balas mengangguk-angguk.

"Pelajaran apa?"

Sana mendengus. "Bukan urusan lo!" balasnya sewot. Dalam hati gelisah sebab takut kebohongannya diketahui Gara.

"Eh, ada yang telat ternyata," kekeh rekan berjaga Gara.

Mata Sana berbinar seketika. Penyelamat keduanya hadir di antara mereka. "Kak, aku boleh masuk, ya? Hari ini aku ada ulangan, please," pintanya memelas sambil menatap Riel penuh harap.

"Oh iya? Kalau gitu kamu—"

"Lari 5 putaran!" titah Gara tegas.

"Gar, biarin aja dia—"

"Nggak usah ikut campur. Gue cuma jalanin amanah," sela Gara. Kepala Gara tertoleh pada Sana yang jelas berbohong soal ulangan harian, alasan yang biasa mereka lontarkan ketika ingin melarikan diri. "Tidak lari? Atau kamu mau-"

"Lari lima putaran. Gue dengar," sela Sana memotong. Sudah cukup baginya, Sana enggan menambah hukumannya seperti sebelum-sebelumnya. Sana beranjak dari pijakan, berlari kecil menuju lapangan.

"Cih! Dia kira gue apaan? Gini-gini gue nggak bakal kabur," desis Sana.

Layaknya hari-hari lalu, Gara berdiri mengawasi. Gara bukan tipe orang yang suka lepas tanggung jawab. Juga tidak setengah-setengah dalam menjalankannya. Tak membiarkan orang lain menggantikan tempatnya.

Selesai melakukan pemanasan, Sana mengayunkan langkah mulai berlari memutari lapangan yang luasnya seluas samudra. Di putaran terakhir, Sana menyunggikan senyum miring. Diliriknya Gara yang betah mengawasinya dari jauh. Kekehan kecil Sana berderai. "Gue kerjain kayaknya seru," gumam Sana.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang