🌠 • 58 • Pembuktian dan Pengakuan

23 13 0
                                    

“Aku takut kalau ternyata kamu cuma kasihan sama aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku takut kalau ternyata kamu cuma kasihan sama aku.”

🌠

Gadis itu bergerak gelisah dalam duduknya. Kakinya tidak bisa diam, menghentak-hentakkannya ke ubin lantai.

"Lo pasti bisa, San. Nggak usah tegang begitu. Santai aja," tutur Yasmin menenangkan sadar temannya itu sedang diselimuti kegelisahan. Tak urung senyumnya selalu menyertai setiap kalimat yang dilontarkannya.

"Isyana Lintang Azzahra."

Rasa gugup menyerang Sana seketika mendengar nama lengkapnya disebut salah satu panitia, yang merupakan kakak kelasnya. Tubuh Sana menegang kaget. Sana menolehkan kepala ke arah Yasmin.

Yasmin pun mengembangkan senyum seraya berucap, "Nggak ada yang perlu ditakutin. Lakukan kayak yang kita latih." Yasmin mencondongkan tubuh pada Sana. "Gue dengar, Kak Gara ikut ngenilai juga di dalam."

Sontak saja bisikan Yasmin tersebut membuat Sana membulatkan mata sempurna. Kaget, tentu saja. Setahunya jabatan Gara di OSIS tidak setinggi itu.

"Isyana Lintang Azzahra? Orangnya ke mana? Kalau nggak ada, kita lanjut ke—"

Yasmin mendorong tubuh Sana hingga Sana hampir terjatuh bila tidak segera mengendalikan tubuhnya. "Semangat!" seru Yasmin sambil mengangkat kedua tangan antusias.

"Isyana Lintang Azzahra?" sebut si kakak kelas memastikan.

"Iya, Kak, aku yang namanya Isyana Lintang Azzahra," balas Sana tersenyum canggung.

Si kakak kelas mengangguk sekali. Lantas menyuruh Sana segera memasuki ruangan, tempat di mana tes lisan calon anggota OSIS baru diselenggarakan.

Dengan jantung berdebar kencang, Sana melangkah perlahan menuju satu kursi kosong di depan tiga kakak kelasnya. Sana semakin dibuat mematung ketika iris matanya berada di garis edar yang sama dengan sosok familier itu, duduk di sebelah kanan seorang laki-laki yang diketahuinya merupakan Ketua OSIS. Sedangkan di sebelah kiri si Ketua OSIS, ada seorang perempuan berwajah jutek.

Sana meneguk ludah berat. Suasana detik ini terasa sangat menegangkan. Tidak ada satupun yang memperlihatkan senyum atau sekadar melempar canda tawa. Padahal mereka tahu hubungan antara Sana dan Gara yang menghebohkan seisi sekolah. Terlebih sosok familier itu sepertinya enggan repot-repot berkomentar mengenai hal tersebut, berpura-pura seolah tidak mengenalnya.

Selesai menilai situasi, Sana pun akan berlaku demikian. Toh, itu artinya hasil penilaiannya nanti tidak akan digunjingi macam-macam oleh warga sekolah, terutama para siswa-siswi yang mendaftarkan diri sebagai calon anggota OSIS baru.

"Bisa kita mulai?" tanya si Ketua OSIS memecah keheningan.

Sana mengangguk, menarik sudut bibirnya naik membentuk sebuah senyuman. "Bisa, Kak," jawab Sana sopan.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang