“Sejauh apapun aku pergi, hanya kamu lah satu-satunya tempatku kembali.”
🌠
Suara langkah kaki menginterupsi pembicaraan dua orang di ruang tamu. "Gara, kamu baru pulang?" sambut seorang wanita paruh baya dengan senyum lebar.
"Iya," balas Gara. Senyuman Gara pudar kala menangkap siluet sesosok pria berkemeja putih berbalut jas hitam yang sekarang berdiri di samping sang Mama. Tatapan mata Gara berubah tajam. "Sedang apa Anda di sini?"
"Gara," sebut Mutia menegur.
Pria itu tersenyum. Gara masih sama seperti dulu, tidak menyukainya, entah mengapa. "Om mau minta maaf atas kejadian yang diakibatkan anak Om. Om sudah menjauhkan dia dari kalian agar dia tidak ikut campur lagi," papar Jerry.
Gara tidak acuh. Sejak awal, Gara tidak suka ide Mutia soal meminta bantuan Jerry, adik Harris, supaya terbebas dari Harris.
"Kalau begitu, saya pamit," ujar Jerry pada Mutia sopan. Mau bagaimana pun, Mutia pernah menjadi bagian dari keluarga Kencana. Dan, fakta itu tidak akan pernah berubah hanya karena perceraian Mutia dan Harris. Jerry menepuk pundak Gara pelan sebelum berlalu diikuti Mutia yang hendak mengantar kepergiannya.
Gara mengembus napas kasar. Kedua matanya terpejam erat. Lengannya naik mengacak rambut frustrasi. Sebuah notifikasi masuk melalui ponsel genggamnya. Gara lantas membuka pesan yang berasal dari gadis yang tengah berada di pikirannya.
Gara mengotak-atik ponsel mencari kontak seseorang, segera menekan tombol telepon. Beberapa detik si penerima belum mengangkat sambungan telepon. Hingga sebelum sambungan berakhir, si penerima menjawab panggilannya. "Waktu itu lo tanya kelemahan dia, kan?" Gara menjeda. "Adik perempuannya."
Gelak tawa di balik telepon terdengar. "Lo pikir, gue nggak tahu kalau dia anak tunggal?"
"Gue nggak pernah bilang kalau mereka saudara kandung."
Gema tawa itu berhenti. Dia sadar Gara tidak sedang bercanda apalagi mengerjainya.
"Sekadar informasi, adik perempuannya punya alergi yang sama dengan keponakan lo, anak kecil yang sering datangin Lintang di taman."
Orang di seberang telepon bungkam. Jadi selama ini, Gara bukan tidak mengetahuinya melainkan pura-pura tidak tahu. Dia menyunggingkan senyum miring, menyadari sisi lain Gara ketika bersangkutan dengan Lintang. Gara yang rela melakukan apapun demi Lintang-nya.
🌠
Seusai memastikan pintu rumahnya terkunci, gadis itu terkesiap menemukan dua lelaki yang berdiri menunggu kedatangannya. Lagi-lagi, Sana merasa deja vu. Sana menghela napas panjang. Mereka berseteru lewat mata, entah apa yang mereka bicarakan, Sana enggan menerka-nerka. Beruntung Zahra sudah lebih dulu berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...