🌠 • 32 • Perubahan

73 50 34
                                    

“Jika sebuah fakta terungkap dan semuanya perlahan berubah menjadi lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jika sebuah fakta terungkap dan semuanya perlahan berubah menjadi lebih baik. Akankah semua berakhir bahagia seperti bayangannya?”

🌠

Langkah kaki itu berayun menapaki lantai koridor yang terasa menyiksa. Bagaimana tidak menyiksa bila sepanjang jalan menuju gerbang, telinganya terus dijejali seruan demi seruan keras terhadapnya. Iya, dia tahu ini akibatnya jika identitasnya terungkap.

Menjadi anak seorang wanita single parent dari kalangan rendah terdengar buruk di indra pendengarnya sekarang, terlebih topik itu telah berkembang pesat. Ditambah fakta lain yang turut terseret di dalamnya. Dan bukan hal yang mudah di percaya kalau Yeri-lah orangnya. Gadis yang tengah diperbincangkan seluruh anak Wijaya dari berbagai angkatan.

"Gue gak perlu minta maaf, kan?" cetus seseorang setengah meledek. Kedua tangannya terlipat di depan dada angkuh.

Yeri menyungging senyum tipis. "Gue gak butuh itu dari lo!"

"Baguslah. Lagi pun gue bukan orang yang bikin kekacauan ini. Dan apa itu artinya perjanjian kita berakhir?"

Yeri mendengus pelan. "Ya, itu lebih baik."

Rere tersenyum miring. "Ini yang gue suka dari lo, Yeri. Penurut."

"Lo salah, Re. Ini terjadi karena ada sangkut pautnya sama lo dan perlu lo ketahui kalau gue bukan penurut," papar Yeri. Dia melangkah berbisik sangat halus di telinga Rere, "Kayaknya lo lupa siapa yang jadi anak buah siapa di sini?" sindir Yeri tenang.

Senyum miring Rere luntur. Rere akui, Yeri memang pandai memutar balikkan serangan lawan. Berbeda dengan dirinya yang mudah tersulut.

"Itu dulu dan sekarang kita nggak punya hubungan apapun," balas Rere mencoba untuk tidak terintimidasi. Ekor mata Rere tak sengaja mendapati dua orang lelaki berjalan ke arah mereka—tidak, tepatnya ke gerbang sekolah.

Bagai magnet yang berlawanan, Rere meraih lengan salah seorang lelaki menyimpannya di sana. Tak lupa senyum manisnya terukir. "Mampir ke rumah, ya? Bunda tanyain kamu dari kemarin, katanya kapan kamu main lagi ke rumah?" tukas Rere manja sembari berjalan mengiringi langkah Gara.

Yeri bergeming di tempatnya berdiri. Atensinya tak lepas memerhatikan punggung lelaki yang berjalan di belakang Rere dan Gara, yang tak sedikitpun melirik kehadirannya.

Benarkah Riel telah melupakannya? Memilih meninggalkannya dan tinggal bersama gadis lain? Itulah kenapa Riel memutuskannya? Tapi, rasanya Riel bukan tipe orang yang tega menghancurkan hidup seseorang, terlebih Yeri adalah gadis yang pernah di sukainya, pikir Yeri.

"Maaf," lirih Yeri kecil.

"Setelah semua yang terjadi?"

Yeri berbalik membelalak mata melihat sosok asing yang pernah ia jumpai bersama Rere dahulu–yang menolong Sana–kini berdiri di hadapannya. "Lo …." Kalimatnya menggantung, memindai penampilan lawannya. "Sekolah di sini?"

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang