“Saat kamu bertekad, saat itulah kamu menemukan setitik rasa sesal yang tersembunyi apik di balik kata ‘semua akan baik-baik saja’.”
🌠
"Selamat pagi," sapa si kakak kelas seraya melukis senyum terbaiknya.
Yang disapa tidak menggubris, malas menanggapi Hansol. Awal harinya sudah berat, terlebih Bintang tidak juga datang ke tempat yang dijanjikan olehnya sendiri.
"Capek, ya?" Hansol bertanya polos.
Sana membuang napas lelah. Menghentikan langkah, memiringkan tubuh menghadap Hansol. "Kakak nggak ada kerjaan lain, selain gangguin aku?"
Kepala Hansol menggeleng. "Lo salah, gue punya banyak hal yang mengganggu di kepala gue sekarang. Karena itu, gue nggak bisa buat nggak gangguin lo," tutur Hansol.
"Kalau Kakak punya banyak waktu, kenapa Kakak nggak pikirin apa yang mengganggu kepala Kakak? Dan malah gangguin aku?"
Hansol membalas ambigu, "Karena gue suka."
Sana menaikkan sebelah alisnya. "Maksud Kakak suka?"
Belum sempat Hansol menjawab, seorang pemuda menyela di antara keduanya. Hansol memamerkan senyum miring membalas tatapan dingin si pemuda.
"Kak Riel!" seru Sana memanggil seseorang yang baru saja berlalu. Sana berlari kecil. "Kakak punya nomor telepon Kak Bintang, kan?"
"Bintang?" celetuk Hansol tiba-tiba. "Maksud lo, dia? Tuh, namanya Bintang," Hansol menunjuk laki-laki di sampingnya.
Sana menoleh kaget. Bukan karena Gara melainkan name tag yang dipakainya, Sanggara Bintang Kencana, nama lengkap Gara. Entah sejak kapan berubah, Sana baru menyadarinya hari ini.
Hansol terkekeh kecil. "Dari reaksi lo, kayaknya lo baru sadar," ledek Hansol menyindir.
"Kenapa kamu minta nomornya, San?" Riel bertanya mengalihkan.
Sesaat Sana membatu, bingung menjelaskannya, lebih-lebih ada Gara dan Hansol di antara mereka. "Nggak jadi, deh, Kak. Aku permisi dulu," tutur Sana cepat kemudian melengos pergi.
Ketiga pemuda itu memerhatikan kepergian Sana heran.
"Lo sengaja, kan?"
Hansol melongok. "Kalau iya, apa lo keberatan?"
"Gue udah bilang, jangan ganggu Lintang!"
"Gar," Riel menggeleng memperingatkan.
"Bukan gue yang perlu lo pikirkan, tapi orang lain. Dan—" Hansol menjeda, "bukan salah gue, kalau dia nyerah. Itu karena diri lo sendiri. Karena lo … Bintang."
Amarah Gara langsung melesat naik ke ubun-ubun. Kepalan tangannya siap melayangkan rasa sakit di wajah menantang milik Hansol. Tidak peduli jika sekarang ini mereka tengah menjadi tontonan menarik warga sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...