🌠 • 34 • Kebimbangan Lintang

58 36 37
                                    

“Lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lagi. Kebimbangan mendatanginya, tanpa maksud yang tak dia mengerti apa artinya.”

🌠

"Dor!" kejut seorang laki-laki.

Sementara yang dikejutkan bergeming dari tempatnya berdiri, menaikkan sebelah alisnya, menatap aneh si pelaku. "Kakak ngapain?"

"Ah, nggak kaget, ya?" Si lelaki pura-pura menggerutu sebal. "Padahal semua orang pada kaget, loh."

Si adik kelas melanjutkan langkah menuju kelasnya berada, mengabaikan keberadaan sang kakak kelas. Entahlah, tanpa disuruh untuk menjauhi Hansol pun, dia akan senantiasa menjaga jarak mengingat tujuannya bersekolah di sini merupakan hal yang diperjuangkannya beberapa tahun terakhir.

"Lo nggak pengen tahu soal dia sebelum pindah ke sini?" Hansol berbisik pelan tepat di telinga Sana. Rupanya, Hansol belum menyerah mengikis jarak di antara mereka, entah baik atau buruk, yang jelas Sana sadar betul siapa yang di maksud “dia” di kalimat Hansol.

Sana memicingkan mata. Bibirnya bergerak hendak buka suara. Namun terjeda ragu. Dia takut itulah yang diinginkan Hansol, memancingnya dari kepura-puraan, tidak tahu apapun.

Hansol mengembus napas kasar. "Ya, gak adil aja, menurut gue. Lo tahu gue dari orang yang jelas-jelas benci segala hal tentang gue. Dan … gue rasa lo perlu tahu soal dia dari sudut pandang gue," papar Hansol.

"Aku nggak pengen tahu," tegas Sana. "Udah cukup Kakak gangguin aku. Jujur aja, Kakak pasti punya niat aneh, kan sama aku? Kenapa? Kenapa harus aku? Aku rasa kita belum pernah ketemu sebelumnya, dan aku ngerasa nggak ada salah apapun ke Kakak," cetusnya.

Hansol balik menatap Sana, tidak mengatakan apapun. Tetapi, entah kenapa, Sana merasa tatapan Hansol agak menakutkan di matanya, seolah-olah dia telah membangkitkan ingatan buruk yang ingin ditiadakannya sejak lama.

"Nggak masuk kelas?" Suara seorang laki-laki menginterupsi keduanya. Berdiri di antara mereka, sedikit berdiri di jarak antar mereka. "Kenapa masih berdiri? Bel masuk sudah berbunyi dari tadi," tegurnya kepada Sana.

Tersadar, Sana mengangguk, berpamitan. Kemudian berlari kecil ke arah kelasnya.

"Nggak gue apa-apain, kok," ujar Hansol terkekeh. "Gue serius. Gue nggak apa-apain dia, Gar. Dia cuma kaget lihat kegantengan gue," gurau Hansol menepuk-nepuk bahu Gara. "Ya udah, gue duluan," pamitnya tak mendapat respon dari lawan bicaranya.

Baru beberapa langkah, Hansol berbalik badan. "Anyway, masih ada waktu lima belas menit sebelum bel masuk, gue jalan-jalan dulu nggak masalah, kan? Jangan nyariin gue!" peringat Hansol.

Gara tidak acuh. Tetap menutup mulut.

Hansol memamerkan senyum miring. "Nggak usah segitunya kali. Gue baru ingat lagi, sampai dia ingatin soal itu barusan. Dan mungkin udah cukup gue main-main, dia perlu tahu siapa—"

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang