“Yakinlah bahwa suatu hari nanti, ingatan itu kembali muncul dan membawa kabar baik juga buruk di saat bersamaan.”
🌠
Dia mengembus napas kasar. Lengannya terangkat mengetuk pintu. Tidak membutuhkan waktu lama kayu penghalang antar mereka terbuka menampakkan sesosok wanita paruh baya. "Siapa—" Kalimatnya kembali tertelan, senyum lebarnya terganti raut terkejut yang sangat kentara.
"Kak Bintang!" pekik seorang anak kecil menatap lelaki berseragam putih-abu di ambang pintu. Senyum manisnya terukir lebar.
"Sheira, dia bukan Kak Bintang," ucap Bu Annisa menasihati. Suaranya lembut tanpa perlu dibuat-buat.
Si anak menunjuk name tag lelaki bertubuh tinggi di hadapannya, saking tingginya ketika mendongak dia perlu menahan rasa pegal di leher bagian belakang. "Itu namanya ada Bintang-bintangnya, jadi Kakak pasti Kak Bintang, kan? Kakak baik yang diadopsi itu?"
Wanita yang menyambut kedatangan si lelaki mengembus napas kecil, bingung harus bagaimana membujuk Sheira, anak panti yang paling dekat dengan Sana. "Sheira, kamu jangan bilang begitu. Kak Bintang—"
"Ibu kok gitu? Kasihan Kak Bintang kan baru aja pulang," gerutu Sheira. Manik matanya memperhatikan wajah si lelaki penuh kegembiraan. Akhirnya dia berhasil menemui sosok kakak yang sangat dirindukan Sana. Bintang-nya Lintang.
"Ayo, Kak masuk. Kakak pasti senang bisa pulang lagi ke sini," ajak Sheira seraya menarik lengan si lelaki. Bibir Sheira terus-menerus beceloteh ria mengenai kehadirannya yang tiba-tiba. Sedangkan dia hanya menutup mulut mendengarkan pun tidak mempermasalahkan genggaman tangan kecil Sheira di telapak tangannya.
Bu Annisa yang ditinggal bergeming di tempatnya berdiri. Helaan napas berulang kali terdengar. Entah akan bagaimana jadinya jika seluruh kepingan masa lalu yang terkubur lama muncul ke permukaan. Segala sesuatu memiliki konsekuensinya masing-masing, tak terkecuali hal kecil yang mungkin saja mengakibatkan hal yang luar biasa besarnya.
🌠
Gadis itu berderap lunglai menuju pintu kamarnya. Hari ini, tubuhnya kehilangan tenaga lebih awal di banding hari-hari sebelumnya. Puas menjelajahi berbagai permainan di timezone bersama Angkasa. Bila dipikir-pikir, apa yang Angkasa sukai darinya? Sungguh, Sana jelas bukan tipe gadis yang akan di sukai lelaki–mendekati kata sempurna–seperti Angkasa.
Tidak seharusnya juga mereka ada di satu lingkup lingkungan yang sama, karena nyatanya mereka bagai langit dan bumi, saling berjauhan dan tidak mungkin bisa bersanding.
Belum sempat lengannya menyentuh gagang pintu, sebuah suara nyaring serta tarikan di lengan menghentikannya. "Kak Lintang!" serunya lantang.
"Shei, Kakak capek, nanti ya," sahut Sana perlahan paham kelakuan Sheira yang kerap mengusiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...