🌠 • 61 • Gemerlap Bintang Malam

19 11 1
                                    

“Malam itu bintang bersinar terang menunjukkan bahwa dirinya telah menemukan rumah yang di rindukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Malam itu bintang bersinar terang menunjukkan bahwa dirinya telah menemukan rumah yang di rindukannya.”

🌠

Gadis berseragam khas pegawai kafe itu berjalan ke sana kemari meladeni para pelanggan. Senyumnya terukir lebar pada setiap pelanggan yang keluar-masuk kafe.

"Sana."

Sang pemilik nama menoleh. "Kenapa, Kak?"

"Kakak boleh minta tolong nggak? Jagain kasir. Kakak pengen ke belakang dulu."

Sana menganggukkan kepala. Sana terkekeh kecil melihat rekan kerjanya berlari secepat kilat menuju toilet. Sana menyambut pelanggan pertamanya dengan antusias. "Pak?" panggil Sana ketika lawan bicaranya tidak kunjung bicara.

Pria paruh baya itu berdeham pelan.

Sana mencatat pesanan pria paruh baya di hadapannya dengan baik. Beruntung rekan kerjanya biasa mengajarkan Sana. Berjaga-jaga jika suatu hari nanti pekerjaannya bisa Sana gantikan, seperti saat ini.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki rekan kerjanya mendekat. "Makasih, San."

"Sama-sama, Kak," balas Sana. Kakinya melangkah hendak menuju salah satu meja pelanggan. Namun tubuh seseorang menghalangi jalannya.

Perempuan berbaju one piece selutut berwarna merah dibalut outer hitam dengan rambut hitam panjang terurai itu memasang ekspresi meremehkan. Iris matanya memindai tubuh Sana dari atas kepala hingga ke bawah kaki. Tidak menarik. Biasa saja, pikirnya.

Dia berdecak. "Denger! Gue nggak akan ngomong dua kali," sahutnya. "Jangan sok kecantikan, deh, lo! Lo cuma mainan yang bakal dibuang kalau udah bosen, sama kayak cewek-ceweknya yang lain. Cuma gue satu-satunya cewek dia. Jadi nggak usah ke pedean lo!"

Sana mengerjap-ngerjap bingung. Tiba-tiba saja didatangi seorang gadis yang tampaknya seusianya. "Maaf, Mbak. Kayaknya Mbak salah orang."

Gadis itu merotasi bola matanya malas. Trik pura-pura polos tidak akan mempan padanya. Tidak terhitung berapa banyak dia menanggapi para perempuan yang dekat dengan kekasihnya. Dia mendorong pelan bahu Sana. "Lo, Lintang. Isyana Lintang Azzahra. Kelas XI IPS di SMA Wijaya."

Dari mana gadis itu tahu? benak Sana.

"Cukup basa-basinya," Gadis itu bersedekap angkuh. "Sekarang kasih tahu pacar gue buat jauhin lo," titahnya.

"Gue nggak kenal sama lo, apalagi pacar lo," pungkas Sana berharap gadis itu berhenti mengganggunya.

Gadis itu menggeram marah. Tangannya sigap menangkap lengan Sana kuat. "Gue denger-denger, lo deketin banyak cowok. Coba gue hitung ada berapa. Pertama, temen lo sendiri," Dia melipat jarinya. "Kedua, musuh lo." Dia lanjut melipat jarinya mengikuti perkataannya. "Ketiga, temen dari musuh lo sekaligus pacar orang lain." Dia berdecih. Tidak menyangka Sana begitu murahan. Mendekati kekasih orang lain? Sungguh tidak tahu malu.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang