"Semuanya merupakan bagian dari takdir yang mereka jalani untuk bisa bersama selamanya."
🌠
Gadis berseragam kafe itu menghampiri dua pemuda yang duduk di dekat kaca. Senyum manisnya terukir lekat. "Kalian cuma berdua?" tanya si gadis heran. Pasalnya akhir-akhir ini Sana jarang melihat ketiganya berkumpul bersamaan.
"Oh, Radhika?"
Sana mengangguk. "Biasanya kalian kalau ngumpul selalu bertiga."
Riel melirik teman yang dibawanya meminta persetujuan. Lantas terkekeh kecil. "Nggak tahu, tuh. Mereka lagi marahan kayaknya."
Gara berdecak pelan, mengabaikan ledekan Riel. Sudah cukup Riel mempermainkannya dengan membawanya ke kafe tempat Sana bekerja. Kali ini entah apa yang Riel rencanakan.
Sana beralih menatap Gara penasaran.
"Kenapa?" Gara bertanya ke Sana.
"Nggak," balas Sana. Kepala Sana menoleh ke arah Riel. "Emang kalau cowok bisa berantem sampe berapa lama?"
Riel berdeham. Segera memperbaiki posisi duduknya menjadi agak condong ke depan. "Hmm ... sebenarnya di antara kami bertiga jarang ada kejadian begini. Tapi, gue rasa ini pertama kalinya mereka berantem selama ini."
"Sampai segitunya?" Sudah Sana duga pertemanan mereka bukan main-main. "Terus kenapa belum baikan juga?"
"Karena-"
"Kalau masih mau ngobrol, gue balik duluan," potong Gara jengah. Mereka membicarakan dia seolah-olah dirinya tak kasat mata.
Sana cemberut. Matanya melayangkan tatapan tidak suka.
Sementara yang ditatap bergeming tak acuh.
"Nanti gue ceritain lagi," sahut Riel berbisik pelan.
Senyum Sana terbit kembali. Mengangguk-angguk kepala antusias. Tangan Sana menyerahkan daftar menu di kafe.
Riel menerimanya. Iris matanya memindai daftar menu yang sekiranya menarik perhatiannya.
Seusai mencatat pesanan dua bersahabat itu, Sana bertanya, "Tapi ngapain kalian di sini? Yeri lagi nggak ada."
"Gue tahu. Dia masih di sekolah, ngurusin kerjaan di OSIS," papar Riel mengingat pesan dari sang kekasih. "Oh iya, gue dengar, lo mau daftar jadi anggota OSIS. Beneran, San?"
Sana manggut-manggut membenarkan. "Katanya, tes masuknya susah banget melebihi tes masuk sekolah," gusar Sana gelisah.
"Ya, tesnya emang lumayan susah, sih," aku Riel. "Tapi nggak sesusah itu, kok. Lihat aja dia, awalnya nggak niat ikut OSIS tapi keterima, malahan nilai tesnya paling tinggi seangkatan," tutur Riel menunjuk Gara. Perlu usaha mati-matian bagi Riel untuk membujuk Gara mengikuti OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...