“Ingatlah selalu bahwa dia hanya ingin merasakan apa yang orang lain namakan kebahagiaan.”
🌠
Iris matanya menatap laki-laki yang duduk di seberang. "Saya akan bercerai dengan Ayah kamu," putusnya.
Angkasa melirik Bunda tirinya, tak menunjukkan ekspresi apapun. Ketika Angkasa hendak berangkat menjemput Sana, wanita itu menghampiri mengatakan ada hal yang harus mereka bicarakan.
"Dengan syarat," lanjutnya membuat Angkasa mendengus, sudah menduganya. "Kamu harus buat Sana tetap sekolah di SMA Wijaya."
Kerutan itu muncul. Tetap sekolah di SMA Wijaya? benak Angkasa mengulang. Tunggu, bukan itu poin utamanya. "Bagaimana Anda mengenal dia?"
"Saya dan Mamanya berteman baik. Kami sama-sama bukan anak orang berada seperti kalian. Kami bahkan rela meninggalkan rumah demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak dari sebelumnya." Wanita itu menjeda, "Kami sempat tidak berhubungan selama bertahun-tahun. Dia tiba-tiba menghilang, saya bahkan tidak bisa menghubunginya. Lalu saya menikah dengan Ayah kamu." Dia memandang anak tirinya lekat.
"Sampai suatu hari, dia datang meminta tolong. Dia memohon memasukkan anak perempuannya ke SMA Wijaya. Saya tidak tahu bagaimana dia mengetahui saya yang menikah lagi, terlebih dengan Ayah kamu. Saya pun menyanggupinya, saya meloloskan putrinya di saat mayoritas orang-orang menentangnya. Ya, walaupun nilai tesnya terbilang cukup tinggi. Tapi, jejak tinggal kelasnya yang jadi masalah." Dia menjelaskan pelan di akhir kalimat.
Angkasa bergeming mendengar dengan saksama. Dunia terasa sempit seketika mendengar penjelasan tersebut. Dari Bunda tirinya dan Mama kandung Sana yang berteman sejak lama. Sana yang merupakan saudara tiri Gara. Dan Gara notabenenya sepupu Lano.
"Angkasa," sebut sang Bunda memanggil.
Angkasa menoleh, menaikkan sebelah alis bingung. "Kenapa?" tanyanya akhirnya enggan membuang waktu lebih lama.
"Maaf membuat hubungan keluarga kalian tidak nyaman karena kedatangan kami. Setelah ini, kami tidak akan mengganggu hidup kalian ataupun orang lain lagi. Saya harap kamu mau memaafkan kami." Wanita itu berdiri sambil tersenyum simpul memandang Angkasa lembut. "Saya senang bisa mengenal kamu, Angkasa. Kalau begitu saya permisi. Maaf mengganggu waktu kamu."
Angkasa termenung. Matanya mengikuti ke mana si wanita berlalu. Kenapa Angkasa merasa aneh di sudut hatinya paling dalam hanya karena kalimat basa-basi tadi? Senyum itu mengingatkan Angkasa pada seseorang yang telah lama meninggalkannya. Seseorang yang di rindukannya sampai detik ini. Seseorang yang tidak akan bisa dia temui lagi. Seseorang yang telah mengenalkannya pada dunia dan seisinya.
🌠
"Sana? Drop out? Yang benar aja!"
"San, lo nggak mungkin di drop out, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...