“Terima kasih, karenamu aku tahu jika perasaanku ini hanya membuatku semakin membekaskan luka di hati.”
🌠
"Kamu yakin mau pulang?" Melihat anggukan kepala lawan bicaranya, dia mendesah. "Lebih baik kamu nginep, Ibu nggak keberatan."
Sana menggeleng menolak. "Nggak usah, Bu. Aku pulang aja."
Linda, pemilik Kafe tempat Sana bekerja, berucap, "Sekarang udah malam nggak baik pulang sendirian, Ibu takut kamu kenapa-napa pas di jalan. Nginep di rumah Ibu, ya? Nanti pagi-paginya Ibu suruh Angkasa datang buat antar kamu pulang. Terus Ibu bisa telepon Ibu kamu biar gak khawatir kalau kamu gak pulang," jelas Linda membujuk.
Lagi Sana menggeleng. "Nggak apa-apa, Bu. Aku masih bisa pulang sendiri, belum terlalu malam juga," katanya. "Lagian kasihan Angkasa kalau harus datang pagi-pagi buat jemput aku, nanti yang ada malah kami berdua terlambat ke sekolah," papar Sana tanpa menghapus senyum.
Malam ini Angkasa berkata tidak bisa menjemput Sana karena ada urusan penting. Jadilah dia harus pulang sendiri, dia tidak keberatan sebenarnya. Tapi ternyata diam-diam Angkasa berpesan pada Linda untuk membiarkan Sana menginap bila sewaktu-waktu pulang larut.
Dan soal Ibu itu, Linda tahu Sana tidak tinggal dengan orang tuanya melainkan bersama orang lain yang memaksakan mereka jadikan keluarga sementara sebelum mereka diadopsi. Sejak awal, Sana mengatakannya karena awalnya Linda enggan mempekerjakan anak seusianya yang seharusnya digunakan untuk meraih cita-cita dan bermain bersama teman sebaya.
Namun setelah mengutarakannya, Linda justru memperlakukannya bak anak sendiri bukan sebagai pegawai yang seharusnya. Beruntungnya lagi, tidak ada pegawai lain yang cemburu atas tindakan Linda, memaklumi sifat keibuan Linda yang tidak tegaan. Apalagi Sana seumuran dengan anaknya.
Pun Sana mau tidak mau harus mencari pekerjaan karena orang yang biasa membiayainya–entah siapa dan bagaimana wujudnya–tidak lagi mengirimi uang untuk biaya hidupnya. Lagipun dia ingin meringankan beban Bu Annisa yang setiap hari mengurusi mereka. Walau jumlah mereka tidak sebanyak anak-anak di panti asuhan yang lain.
"Nggak ada yang bisa antar kamu pulang? Teman kamu, misalnya yang kemarin datang ke Kafe?" Linda bertanya penuh harap.
"Nggak, Bu. Mungkin mereka lagi sibuk, aku gak tega kalau harus ganggu mereka," balas Sana mengingat perkataan Angkasa mengenai ketiga temannya yang kemarin datang ke Kafe, menggantikannya.
Biasanya Yasmin langsung tidur selepas mengulang pembelajaran, jarang begadang bila tak ada hal yang mewajibkannya tetap siaga di jam malam.
Sedangkan Ocha perlahan mengikuti saran sang teman sebangku dalam belajar. Mengerjakan tugas, memahami materi yang belum dikuasai dan sebagainya. Dan nilai Ocha mulai naik satu per satu.
Terakhir Marri, Sana yakin temannya pemilik akun gosip itu tengah mengurusi akunnya bersama teman-temannya, tidak ada yang tahu perawakan temannya. Mereka biasa mengadakan rapat di tempat tertutup, seolah-olah mereka adalah agen rahasia negara yang identitasnya tidak boleh diungkap sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape From You [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sana tak sadar jika dirinya telah menggali kenangan masa lalunya sendiri. Makin dia bertekad, makin dekat juga kenangan itu menyapa. Sayang, dia terlambat. Kini dia tak bisa mengembalikan waktu, karena sejak awal dia salah...