🌠 • 11 • Starlight

147 121 53
                                    

“Bisa kamu nyalakan sinarmu agar aku tak tersesat? Atau kamu sengaja mematikan sinarmu agar aku tak menyadari kehadiranmu di sisiku?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bisa kamu nyalakan sinarmu agar aku tak tersesat? Atau kamu sengaja mematikan sinarmu agar aku tak menyadari kehadiranmu di sisiku?”

🌠

Senyum Sana terpatri menatap laki-laki yang mengantarnya pulang, setelah menunggunya berjam-jam di Kafe tempatnya bekerja part-time. Ya, lelaki itu rela menghabiskan waktunya di sana hanya untuk memastikan Sana pulang dalam keadaan baik, takut bila perjalanan si gadis diganggu orang asing. Seperti kemarin malam, misalnya.

"Makasih, Ka. Padahal gue bisa telepon lo kalau udah selesai, jadi lo nggak perlu nungguin gue."

Angkasa membalas dengan anggukkan kepala. "Nggak masalah. Yang penting lo udah balik, kan?"

"Btw gue utang banyak ke lo. Untung Bu Linda nggak kayak bos-bos kebanyakan yang hobi ceramahin pegawainya, kalau iya habis kuping gue kena omel," terang Sana menyebut nama sang pemilik Kafe. Yang sejak awal pertemuan memberi kesan ramah.

"Gue udah bilang, kan. Pekerjaannya cocok buat lo yang suka telat."

"Dari bau-baunya lo pasti minta imbalan, ya kan?" tuduh Sana. Mengerti gelagat orang yang biasa bersikap baik jika ada maunya saja.

Angkasa menarik senyum samar. Lengannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kentara banget, ya?"

"Beneran, Ka?! Lo minta imbalan?" pekik Sana kaget. Sana pikir, Angkasa berbeda. Tetapi nyatanya Angkasa sama saja.

"Nggak, San. Gue bercanda," sahut Angkasa. Melihat tatapan menyelidik Sana, Angkasa lantas berucap menambahkan, "Gue ikhlas bantu lo, tanpa imbalan apapun."

"Benar, nih? Nanti malah nagih yang enggak-enggak lagi," ujar Sana sinisme.

Angkasa menipiskan bibir seraya mengangguk-angguk. "Beneran, Sana. Gue serius."

"Oke, tapi sebelum lo nagih gue macam-macam, gue kasih lo waktu buat bikin satu permintaan dan permintaan itu harus gue kabulin."

"Yakin?"

Sana mengangguk mantap. "Gue yakin seratus persen! Ingat permintaan lo cuma satu."

"Oke, satu permintaan," tekan Angkasa. "Dan apapun permintaan gue, harus lo kabulin, benar?"

"Iya, Angkasa Okta! Capek gue lama-lama ngomong sama lo! Terus di-replay mulu!" dengus Sana menggerutu.

Dalam diam, kepala Angkasa berkelana memikirkan apa yang harus dia minta dari Sana. Terlebih Sana hanya memberinya satu kesempatan. Pelit memang.

"Kak Lintang!"

Seruan bernada tinggi itu hadir di sela keheningan di antara mereka. Seorang gadis kecil muncul, berdiri di samping Sana. Ekor matanya melirik Angkasa sinis. "Kenapa Kakak gak masuk?" tanyanya sangsi. Mengabaikan keberadaan pria yang akhir-akhir ini dilihatnya sering mengantar Sana ke panti. Entah mereka ada hubungan apa. Satu yang jelas, dia membenci lelaki itu!

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang