🌠 • 24 • Identitas

90 76 21
                                    

“Yang terlihat belum tentu kebenarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Yang terlihat belum tentu kebenarannya. Siapapun bisa menyembunyikan identitasnya, tak terkecuali dia yang tampak biasa saja di matanya.”

🌠

"Kak, bangun!" serunya mengguncang tubuh seorang gadis yang terbaring di atas ranjang walau matahari sudah menunjukkan sinarnya. "Iih! Kak Lintang! Bangun!" Lagi, Sheira menggoncang tubuh kecil sang kakak kali ini lebih hebat.

Sana melenguh. "Apa?" Suara serak khas bangun tidurnya terdengar. Namun matanya tetap terpejam kesulitan membuka mata selepas kejadian tadi malam.

Deg!

Sana bergeming. Tubuhnya otomatis tergerak duduk di atas tempat tidur. Ngomong-ngomong soal semalam, ingatannya terhenti di saat acara adu tatap antara Gara dan Angkasa. Jadi … dia tidak bermimpi? benaknya berpikir.

"Dia udah janji pulang sama gue. Dan nggak seharusnya lo di sini ngajak cewek gue pulang bareng."

"Saya rasa kamu tidak bisa mengeklaim siapapun atas milikmu, termasuk Lintang."

"Aaaa!" Sana menutup mulut cepat menahan suara jeritannya sendiri. Sekelibat bayangan kejadian semalam terlintas di kepala.

"Kakak kenapa?" Sheira bertanya khawatir. Tidak biasanya Sana menjerit di pagi hari.

"Shei, semalam Kakak pulang sama siapa? Kamu lihat nggak siapa yang antar Kakak pulang?" Dadanya bergemuruh. Astaga! Dia bahkan tidak ingat siapa yang memboncengnya pulang. Itu terasa bagai mimpi baginya. Diperebutkan dua lelaki tampan.

Sana senyum-senyum sendiri. Apa dia baru saja berperan sebagai gadis SMA yang diperebutkan dua lelaki most wanted di sekolahnya? Dia tertawa kecil. Pipinya tanpa dicegah memunculkan rona merah.

Sheira bergeming. Apa yang terjadi pada kakaknya semalam? Apa mungkin sosok yang mengantarnya pulang berbuat macam-macam? Tidak, Sheira tidak boleh membiarkan itu terjadi. Lengannya menyentuh pundak Sana menyadarkan. "Kak! Kak Lintang!" sebutnya agak keras.

Tersadar. Sana menengok. "Iya?"

"Kakak itu ngapain Kakak?" tuding Sheira.

"Kamu lihat, Shei?"

Sheira manggut-manggut. "Iyalah, aku lihat! Kakak diapain sama—"

"Siapa?" tanya Sana.

"Ada, deh! Lebih baik Kakak mandi, kita udah ditunggu yang lain buat makan. Kak Yumi, loh yang masak!" seru Sheira gembira. Pasalnya masakan Ayumi paling laris dimakan anak-anak panti, mereka pasti berdesakan demi seporsi makanan. Dan Sheira salah satunya, tak ketinggalan Sana pun penggemar masakan Ayumi, meski tidak ikut berdempetan seperti anak-anak seusia Sheira.

"Ibu ke mana?" Sana bertanya lirih. Sampai kini hubungan keduanya belum membaik, utamanya dengan Marsya. Justru hubungan mereka makin runyam tiap hari.

Sheira mengedikkan bahu tanda tak tahu. "Cepetan, Kak! Aku nggak mau kalau jatah makan aku diambil orang lain!"

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang