🌠 • 14 • Menerkamu

143 112 15
                                    

“Aku tak tahu jika terkaanku ini benar atau tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku tak tahu jika terkaanku ini benar atau tidak. Tetapi satu yang kutahu, kamu berhasil menarik rasa ingin tahuku terhadapmu.”

🌠

Denting suara sendok dan piring yang beradu mengisi ruang keheningan di acara makan malam keluarga Kencana. Tidak ada percakapan berarti di antara mereka, semuanya terasa hampa, sibuk dengan aktivitas dan pikiran masing-masing.

Satu-satunya wanita di sana, Mutia, mengisyaratkan sang suami untuk memecah keheningan.

"Bagaimana sekolah kamu?" tanya Harris pada akhirnya.

"Baik," jawab si anak lelaki singkat. Matanya tetap terarah ke bawah menatap isi piringnya yang masih terisi penuh.

"Gara, kamu kenapa? Makanannya gak enak? Mau Mama buatin lagi?" tawar Mutia.

Gara menggeleng tanda menolak. "Nggak usah, Ma. Aku masih kenyang tadi siang makan banyak sama Riel," alibinya.

"Tuan," sebut salah seorang pembantu mendekati sang kepala keluarga.

"Lanjutkan makan kalian. Papa ada urusan sebentar. Gara, makan yang banyak, jangan buat-buat alasan yang tidak jelas," ujar Harris setelahnya berlalu bersama ponsel di sebelah telinga–yang sebelumnya disodorkan si pembantu rumah tangga–bergerak terburu-buru.

"Kamu gak perlu pikirkan ucapan Papamu, kalau kamu masih kenyang, masuk ke kamar."

Gara menoleh pada Mutia, sosok itu tengah mempertahankan senyum. "Aku masuk dulu," pamitnya lantas bangkit dari duduknya.

"Wanita itu? Siapa maksudnya?" gumam Gara sesampainya di dalam kamar. Melihat bagaimana raut khawatir Harris dan ketergesa-gesaannya pergi serta Mutia yang seolah membantu menutupi kejanggalan sang Papa, ia yakin ada sesuatu yang di sembunyikan kedua orang tuanya. Entah apa yang mengharuskan mereka tak bisa bersikap terang-terangan di hadapannya.

Desahan napas frustrasi Gara keluar. Teka-teki di keluarganya tak kunjung menemukan titik terang hingga kini. Hanya potongan-potongan puzzle yang berlainan, entah ke mana perginya potongan penghubung puzzle itu berada.

🌠

Bibirnya tertarik membentuk senyuman sesekali tertawa kecil. Orang di sekitarnya pun tak kalah heran dengan tingkah aneh si gadis berseragam putih-abu tersebut. "Ish! Gue udah kayak orang gila beneran!" serunya sendiri. Namun tak urung lengkungan di bibirnya masih enggan menghilang. Hingga suara teguran seorang laki-laki mengharuskannya berhenti melangkah bersamaan dengan lenyapnya senyuman si gadis.

"Kenapa?" tanya Sana sewot.

"Jaket."

Sana berdecak sebal. Lelaki bernotabene kakak kelasnya itu selalu berhasil menyulut emosinya. "Gue lagi nggak enak badan," sahut Sana berdusta. Mood penuh kegembiraan akan bertemu Bintang-nya sepulang sekolah benar-benar hancur tak bersisa.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang