🌠 • 52 • Melepasmu

34 15 8
                                    

“Izinkan aku mendekapmu untuk yang terakhir kalinya sebelum aku merelakan dirimu seutuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Izinkan aku mendekapmu untuk yang terakhir kalinya sebelum aku merelakan dirimu seutuhnya.”

🌠

Langit semakin menggelap perlahan meneteskan air hujan. Namun sosok itu tetap teguh berdiri di tempatnya. Indra penglihatannya menatap lurus ke arah rumah beberapa meter di depannya. Rumah yang tampak familier juga asing di saat bersamaan.

Berjam-jam berlalu. Dia menggigil terkena rintik hujan yang menimpa seluruh tubuhnya. Meski begitu dia enggan beranjak barang sedikit pun. Pasrah membiarkan langit menghujaninya selama apapun dia akan menerimanya dengan senang hati.

"Kamu ngapain di sini?!" Suara di iringi langkah kaki cepat menarik atensinya.

Lintang, batinnya.

Deruan napas si pemanggil memberat. Tersirat sorot khawatir di matanya menyaksikan siluet tak asing yang berdiri di tengah hujan deras. Beruntung dia meminjam payung milik salah satu pegawai kafe.

"Gara!" tegur Sana agak kencang mengingat derasnya hujan bisa mengalahkan suaranya.

"Bintang," koreksi Gara. "Nama aku Bintang," jelasnya.

Sana diam tak membalas. Sekarang bukan itu yang penting. Sekali lihat Sana sadar tubuh lelaki di hadapannya menggigil kedinginan. Sudah berapa lama Gara menunggunya? Kenapa dia tidak menunggu di tempat teduh? pikir Sana.

"Ayo, masuk. Kita bicara di dalam," usul Sana menarik lengan Gara.

Sana terkesiap kaget begitu Gara tiba-tiba memeluknya erat. Sana merasakan betapa dinginnya badan Gara detik itu.

"Maaf, aku nggak tahu sesakit apa penderitaan kamu selama ini," lirih Gara menggumam. "Aku egois, ya? Aku pengen kamu selalu di sisi aku, tapi aku juga penyebab rasa sakit kamu. Aku beneran nggak tahu diri."

"Bintang," sebut Sana pelan. Perasaan Sana mendadak tidak enak.

"Aku janji, ini terakhir kalinya aku nemuin kamu," sahut Gara.

Bibir Sana mengering tak sanggup menyanggah. Kenapa rasanya sesakit ini? Bintang-nya akan melepaskannya lagi?

"Maaf bikin kamu ketemu orang kayak aku," sesal Gara menahan tangis. Pelukannya mengerat. Mutia mengatakan segala perbuatan Harris pada Sana, termasuk tinggal kelas yang Sana alami dulu. Semuanya di rekayasa oleh Harris seolah kemalangan di hidup Sana hanyalah kebetulan semata.

"Aku minta maaf soal Papa kamu. Aku pastikan orang itu mendapat balasannya," tekad Gara meyakinkan. Harris harus di adili secara hukum tanpa memberatkan satu pihak. "Dia bahkan nggak peduli anaknya mungkin aja mati karena rencananya."

Sana mematung. Tangan yang semula memegang payung terlepas, mengabaikan tubuh mereka tertimpa air hujan. Sana kesulitan berkata-kata. Siapa yang tega mengatakannya? Tidak seharusnya Gara tahu perihal dalang di balik kecelakaan Gara dahulu. Sana paham, seberapa dalamnya Gara menanti sebuah kehangatan keluarga. Katakan Sana bodoh karena tak ingin Gara terluka lantaran kecelakaannya merupakan rencana Papa kandungnya.

Escape From You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang