33. Averse

43.7K 4.5K 2.3K
                                    

Saya ucapkan terima kasih untuk 4k+ komen di chapter sebelumnya 😙

Tidak lupa mengingatkan, sebelum baca tolong VOTE dulu ya ☺️ Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

Selamat membaca!

────────────────────────────────────────────

Setelah pulang dari kediaman kakek Kai dan tiba di rumah, Elena langsung masuk ke kamar kemudian bergegas membersihkan diri karena sebentar lagi waktunya makan malam. Usai dengan ritual mandinya, kini Elena berdiri di depan meja rias sambil menyisir sisi rambutnya yang tidak terluka, sebab bekas jahitan pada sisi kepala yang satunya belum pulih total. Terkadang ia masih merasa sedikit nyeri.

Mengingat pertemuannya dengan Patrick, Elena berpendapat bahwa sikap dan tutur kata pria berusia 80 tahun tersebut sama sekali tidak ramah. Entah memang perangainya demikian atau bagaimana, tapi Elena pikir, Patrick akan bersikap lebih ramah andai pria itu menerima statusnya yang kini menjadi orang terdekat Kai.

Setelah Kai ikut bergabung dengan mereka, Patrick tidak bertanya atau berbicara hal yang terkesan sarkas seperti sebelumnya. Elena memilih abai, terserah jika Patrick tidak suka dengannya. Itu berarti tugas Kai untuk meyakinkan kakeknya, itupun jika Kai pada akhirnya benar-benar ingin meminangnya.

Kemudian Elena keluar kamar untuk menuju meja makan. Ia melihat Friska sedang membantu pelayan menyusun menu makan malam hari ini di meja.

"Hai, Fris," sapa Elena. Ia juga menerbitkan senyum pada pelayan sebagai bentuk keramahan.

"Aku tadi ke kamarmu, tapi kau sedang di kamar mandi." Friska menghampiri Elena memberikan pelukan singkat.

Lalu Friska mengamati wajah Elena. "Jauh lebih baik dibanding foto yang kau kirim waktu itu." Meskipun Friska tidak sempat menjenguk Elena, tapi mereka selalu bertukar kabar melalui pesan.

"Tinggal memikirkan bekasnya," balas Elena menanggapi.

"Kau perlu melakukan perawatan ke klinik kecantikan."

Obrolan mereka terhenti saat Alec dan Karyl tiba di meja makan. Elena menyapa dan mencium Karyl sebelum menempati kursi makan.

"Sebelum pulang ke rumah mampir ke mana?" tanya Alec karena Elena terlambat 2 jam untuk tiba di rumah.

"Kai mengajakku ke rumah kakeknya." Elena merasa tidak perlu berbohong pada Alec.

Alec tidak menyangka jika Elena baru saja bertemu Patrick. "Mulutnya pedas dan dia juga orang yang angkuh, kan?" tukasnya.

Elena mengangguk sebagai jawaban.

"Elena, tidak semua orang akan menyukai kita. Sebenarnya itu bagus karena tidak semua orang berhak mendapatkan tempat di hidupmu. Tempat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang paling istimewa, dan tentunya orang tersebut adalah orang yang bisa menghargai kita," tutur Alec.

"Saranku, lebih baik tidak berhubungan dengan orang yang tidak bisa menghargaimu," lanjut Alec.

"Kakek Kai tidak seburuk itu, Pa," sanggah Elena karena Patrick tidak meremehkannya, merendahkannya, atau berbicara dan bersikap terlewat batas yang menyakiti hatinya. Hanya perkataannya saja yang terkesan sarkas.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang