44. One Year Later

35.1K 4.4K 3.2K
                                    

Saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote & komen di chapter sebelumnya 😙

Tidak lupa mengingatkan, sebelum baca tolong VOTE dulu ya ☺️ Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

"Lena, tumben pulang terlambat? Lembur?" Suara Veronica terdengar ketika Elena memasuki rumah.

Elena yang sebelumnya berjalan menuju kamar, menghentikan langkah dan menoleh ke arah Veronica yang berada di ruang tamu. Lalu ia berjalan menghampiri.

"Aaric mengajakku ke bioskop," ujar Elena mengatakan alasannya kenapa ia pulang terlambat.

"Noah...." Elena berlutut di atas karpet, tangannya terulur mencubit gemas pipi Noah yang sedang sibuk dengan mainannya. Balita yang usianya belum genap 2 tahun itu langsung mengalihkan tatap ke arahnya dan kemudian mendekat ke arahnya sambil berceloteh menunjukkan mainan yang dipegang.

"Mama perhatikan sepertinya Aaric menyukaimu. Akhir-akhir ini kalian sering keluar bersama," goda Veronica.

Elena hanya mengedikkan bahu untuk menanggapi perkataan Veronica barusan. Lalu ia mengalihkan topik pembicaraan. "Tumben akhir pekan Nico tidak kemari?"

"Tadi Nico telepon mama, dia bilang akan kemari besok karena malam ini harus menghadiri acara ulang tahun temannya."

"Oh."

"Kemari, Noah, biar kakakmu mandi dulu." Veronica mengambil alih Noah dari pangkuan Elena.

Lalu Elena berjalan menuju kamarnya.

"Lena, sudah makan?"

"Sudah, Ma," jawab Elena sambil lalu.

Tidak lama setelah ia masuk kamar, bunyi notifikasi pesan masuk terdengar. Elena mengambil ponselnya dari tas dan membaca pesan masuk yang berasal dari Aaric. Lelaki itu bertanya apakah dirinya sudah tiba di rumah. Ia meletakkan ponselnya ke meja setelah membalas pesan tersebut.

Elena bukannya tidak sadar bahwa Aaric menaruh perasaan padanya. Sikap yang selalu diperlihatkan pria itu terlalu gamblang. Namun Elena mencoba mengabaikannya dan menganggap Aaric sebagai atasan saat di kantor dan sebagai teman saat mereka berada di luar kantor.

Siapa sangka jika Aaric, pria yang satu tahun lalu pernah menjadi lawannya dan kalah taruhan saat event drag race, adalah orang yang kini menjabat sebagai direktur pemasaran di perusahaan tempat di mana ia bekerja sekarang. Aaric merupakan pria yang sukses di usianya yang tergolong muda yaitu 30 tahun, dan dia juga berasal dari keluarga terpandang. Pantas saja ketika kalah taruhan dan harus merelakan mobilnya untuknya, Aaric sama sekali tidak merasa kehilangan dan justru menampilkan ekspresi sebaliknya. Sebab harga mobil tersebut jelas bukan sesuatu yang besar jika dilihat dari finansial pria itu.

Ponselnya kembali berbunyi dan menampilkan pesan masuk dari Aaric. Ia membacanya tanpa ingin membalasnya. Pesan tersebut hanya pesan basa-basi. Besok hari libur dan Aaric bertanya apakah ia memiliki waktu luang untuk pergi bersama lelaki itu. Elena tidak ingin membalasnya sekarang, atau katakanlah ia butuh memikirkan alasan yang tepat untuk menolak ajakan Aaric.

Elena berpiki jika dirinya harus membatasi interaksinya dengan Aaric. Termasuk menolak pergi bersama lelaki itu jika bukan urusan pekerjaan. Sebab dari hari ke hari, Aaric semakin gencar mendekatinya. Elena hanya tidak ingin Aaric menaruh harapan yang berlebih padanya, lantaran ia tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang