08. Difficult

68K 7K 1.6K
                                    

Sebelum baca, vote dulu yuk dan jangan lupa komennya biar keliatan rame nih cerita 😂

────────────────────────────────────────────

Langkah Nico yang ingin menuju tangga terhenti saat telinganya mendengar suara kursi bergeser. Kemudian Nico berjalan menuju dapur, karena suara barusan berasal dari sana. Lampu di dapur menyala dan ia melihat Elena dalam posisi membelakanginya, sedang duduk di kursi bar dengan pakaian yang masih sama seperti sebelumnya. Setelah kejadian Elena memukul Kai, Elena memang meninggalkan lokasi terlebih dahulu bersama dengan Gretta.

"Sejak kapan kau suka makan pisang?" Tanya Nico setelah mendekat dan melihat beberapa kulit pisang di atas meja.

"Kau baru tau aku suka makan pisang?" Elena menatap Nico yang kini duduk di sampingnya, mulutnya masih sibuk mengunyah pisang.

"Setahuku kau tidak suka makan buah-buahan."

"Selera adikmu sudah berubah."

"Jadi, El, bisa kau jelaskan kenapa kau memukul Kai?" Nico mengalihkan topik pembicaraan.

Satu detik, dua detik, dan seterusnya, Elena tidak membuka suara untuk menanggapi. Perempuan 21 tahun itu kembali mengupas pisang yang ke-6 kemudian memasukkannya ke dalam mulut.

"Perbuatanmu tadi seperti kau sedang cemburu," Nico kembali berucap.

Lagi-lagi Elena enggan menanggapi.

"Kai bilang, dia tidak pernah memiliki urusan denganmu. Bahkan dia bilang, kalian belum pernah mengobrol sepatah kata pun. Apa boleh aku berkesimpulan jika kau dan Hera ternyata saling mengenal, kemudian kau cemburu melihat Hera berciuman dengan Kai?" Lanjut Nico.

Elena menatap Nico lama, menelaah perkataan Nico barusan. Tapi ia takut salah memahami dan memilih bertanya, "bisa kau ulangi apa maksud kalimatmu yang terakhir?"

"Kau dan Hera saling mengenal. Kau menyukai Hera?"

Kerongkongan Elena tersedak pisang. Ia terbatuk-batuk dengan mata yang melebar. Kemudian saat Nico mengulurkan air minum, Elena menenggaknya dengan rakus.

"Pemikiran sinting dari mana yang kau ucapkan barusan? Kau menuduhku memiliki penyimpangan seksual?" Sungut Elena dengan ekspresi wajah skeptisnya.

"Kai yang berpikir seperti itu."

"Aku normal."

Elena membatin dalam hati, bisa-bisanya Kai beranggapan ia memiliki penyimpangan seksual. Salahkan lelaki itu kenapa wajahnya harus sama persis dengan Kaivan! Jika di tempat fiktif ini ada seseorang yang memiliki wajah serupa dengan Kaivan, Elena sungguh berharap wajah Kaivan dimiliki oleh orang lain, bukan dimiliki oleh Kai si pemeran utama pria dalam novel.

Elena sedikit mengingat bahwa di dalam novel digambarkan jika Kai De Neville merupakan lelaki dengan karakter badboy yang memiliki aura kebebasan dan kedewasaan. Dan tentunya Elena juga tahu, sebelum jatuh cinta pada pemeran utama wanita yang bernama Talia, Kai suka bergonta-ganti teman tidur. Begitulah intinya, sebelum Kai bertemu pawangnya, lelaki itu adalah playboy yang bertingkah laku cenderung brengsek karena gemar melakukan kegiatan yang menjurus ke hal-hal erotis.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang