37. Betrayed

39.1K 4.6K 1.7K
                                    

Saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote & komen di chapter sebelumnya 😙

Tidak lupa mengingatkan, sebelum baca tolong VOTE dulu ya ☺️ Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

"Kenapa kau yakin aku tidak akan mengadu pada Kai?" Victor memberikan sekaleng minuman soda pada Elena.

Sebelumnya mereka tidak sengaja berjumpa di kampus saat Victor menjemput Talia. Jika biasanya Victor yang menghampiri Elena, tadi Elena yang terlebih dahulu menghampiri Victor. Berikutnya Victor mengajak Elena pergi ke flat miliknya.

"Karena tidak ada untungnya bagimu," balas Elena.

Elena sudah menemukan cara untuk memberikan bukti pengkhianatan pada Kai. Dan Victor adalah orang yang paling tepat untuk dimintai bantuan.
Sebab ia yakin Victor tidak akan mengadukan hal ini pada Kai. Mulanya Elena meminta Victor untuk berpura-pura menjadi selingkuhannya. Tapi Victor menolak karena enggan menghadapi kemarahan Kai. Kemudian Victor memberikan saran lain.

"Kenapa tidak memberitahu Kai yang sebenarnya jika kau diancam kakeknya?" tanya Victor yang tentunya sudah mendengar alasan Elena.

"Lalu setelah Kai mengetahui kebenarannya, apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada yang bisa Kai lakukan selain memusuhi kakeknya. Hal yang terjadi berikutnya, kakeknya akan semakin membenciku dan berusaha menyebabkan kemalangan di hidupku dan juga keluargaku. Aku tidak bisa egois dengan melibatkan keluargaku, karena kakek Kai memiliki kekuasaan untuk melakukan apa yang dia inginkan," kata Elena panjang lebar, mengatakan alasannya kenapa ia tidak jujur pada Kai.

"Tapi, Elena, Kai terlihat begitu mencintaimu. Dia akan sakit hati saat berpikir kau mengkhianatinya," timbrung Talia yang kini datang dari dapur sambil membawa nampan berisi makanan ringan.

Sebelum menanggapi perkataan Talia, Elena membuka tutup kaleng minuman kemudian menenggaknya. "Tidak ada cara lain. Hanya itu satu-satunya cara agar dia meninggalkanku," balasnya kemudian.

"Berurusan dengan orang yang memiliki status sosial lebih tinggi dari kita memang rumit." Ekspresi wajah Talia tampak prihatin. 

"Tidak rumit. Tinggal lenyapkan saja nyawanya," timpal Victor.

Talia yang kini duduk di hadapan Victor tampak mendelikkan mata. "Tuan De Neville bukan orang sembarangan. Beliau pasti memiliki pengawal terlatih yang menjaga keselamatannya, mana mungkin bisa dengan mudah melenyapkan nyawanya."

"Sewa seseorang yang memiliki skill membunuh," usul Victor.

"Jika gagal membunuh dan orang itu tertangkap, Elena akan ikut terseret," debat Talia mengatakan ketidaksetujuannya. 

"Hentikan omong kosong kalian. Jiwaku bukan jiwa pembunuh," dengus Elena.

Terdengar bunyi bel dan Talia segera bangkit dari posisi duduknya. "Itu pasti Adelia," ujarnya.

Elena menatap Victor penuh tanya. "Adelia? Aku butuh pria yang mau diajak pura-pura. Kenapa kau malah mendatangkan wanita?"

"Dia wanita jadi-jadian." Victor mengedikkan dagu ke arah Talia yang berjalan menghampiri mereka bersama seseorang yang berpenampilan wanita. Tapi Victor jelas tahu bahwa makhluk tersebut adalah manusia jadi-jadian.

"Waria?" tanya Elena dengan pandangan terarah pada Adelia.

"Begitulah," jawab Talia sambil mengulum senyum. "Dia temanku," ujarnya memperkenalkan.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang