Saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote & komen di chapter sebelumnya 😙
Tidak lupa mengingatkan, sebelum baca tolong VOTE dulu ya ☺️ Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉
Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────Elena berada di kamarnya, duduk di lantai dengan memeluk kedua lutut dan punggung bersandar pada ranjang. Elena tidak sendiri, ada Nico yang berada di sampingnya dan dengan posisi yang sama persis seperti Elena. Nico sendiri baru tiba setelah memutuskan kembali ke Radbal, lantaran mendengar kabar bahwa papanya terseret kasus dugaan korupsi.
Tidak ada yang Elena tutup-tutupi dari Nico. Elena menceritakan semuanya, berbagi keluh kesahnya pada Nico tentang Patrick dan tentang bagaimana hancurnya dirinya sendiri saat dengan sengaja menyakiti hati dan perasaan Kai.
"Kenapa kau mau-mau saja diancam olehnya? Lagipula papa belum tentu bersalah," sahut Nico setelah mendengar cerita dari Elena.
"Bagaimana kalau Patrick memanipulasi keadaan, membuat papa bersalah walaupun papa tidak terlibat korupsi?"
"Jika dia melakukannya, kita bisa melaporkannya pada pihak berwajib."
"Mana mungkin pihak berwajib menangani laporan tanpa adanya bukti? Bagaimana cara kita mendapatkan bukti itu?"
"Kita bisa....," Nico menelan kembali ucapannya. Benar, seandainya Patrick memanipulasi kasus Alec, darimana dan bagaimana cara mereka mendapatkan bukti atas keterlibatan Patrick.
"Aku mana mungkin tega melihat reputasi papa hancur, papa di penjara, papa kehilangan jabatannya di perusahaan, dan kita akan kehilangan rumah ini beserta harta berharga lainnya termasuk saham papa di perusahaan. Karena jika papa terbukti bersalah, perusahaan pasti akan meminta ganti rugi." Elena mengutarakan alasannya mengapa ia lebih memilih pasrah di bawah tekanan Patrick ketimbang menentangnya.
Mau tak mau Nico harus setuju dengan perkataan Elena. Karena jika Alec terbukti terlibat korupsi, semua yang disebutkan Elena jelas akan terjadi. "Ngomong-ngomong, terima kasih telah menyelamatkan masa depanku, El," kata Nico menyelipkan candaan.
"Maksudmu?" Elena mengernyitkan dahi, keheranan.
"Saham papa di Fermosa Petrochemical kelak akan diwariskan padaku, tentu saja kau menyelamatkan masa depanku."
Alec sudah mulai mempersiapkan Nico agar kelak ia tidak hanya menjadi pemegang saham, namun juga merangkap jabatan sebagai anggota direksi atau dewan komisaris di Fermosa Petrochemical. Dan seandainya Alec terbukti melakukan tindak pidana korporasi, lenyap sudah saham Alec di Fermosa Petrochemical dan tentunya Nico juga kehilangan kesempatan untuk mewarisi saham Alec tersebut.
"Andai saja Kai bukan cucu dari Patrick De Neville," kekeh Elena sambil mengusap air mata yang membasahi wajahnya.
Nico menghela napas panjang. Sesungguhnya ia paham betul, bukan hal mudah berada di posisi Elena. "Keputusan yang kau ambil sudah tepat, El. Walau sebuah restu bukanlah keharusan dan bukan jaminan semuanya menjadi lebih baik, tapi yang sedang kau hadapi adalah Patrick De Neville yang angkuh dan arogan. Bertindak nekat dengan menentang Patrick rasanya percuma, hubunganmu dengan Kai akan dipenuhi masalah dan ujung-ujungnya juga akan berakhir."
"Hmm. Lagipula papa juga tidak setuju kalau aku masih berhubungan dengan Kai di saat tua bangka itu tidak menerimaku. Situasi sekitarku tidak akan nyaman dan kondusif jika nekat menjalin hubungan dengan Kai," balas Elena di akhiri dengan helaan napas yang panjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
RomanceSaat mendekati tikungan terakhir, mobil di belakang Elena kehilangan kendali. Dan insiden mengerikan itupun terjadi. Kejadian tersebut begitu cepat, Elena tidak sempat melakukan antisipasi sekedar melakukan manuver untuk menghindar. Mobil lawan meng...