55. The Last

62.1K 4.7K 469
                                    

Hai....

Ada yang belum tidur?

Btw, saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote & komen di chapter sebelumnya 😙

Ingat!! Sebelum baca vote dulu yagesya......

Selamat membaca!

────────────────────────────────────────────

Bagi Elena, makan malam pertamanya di kediaman Patrick terasa menegangkan lantaran aura yang ditebarkan Patrick mampu membuatnya kurang berselera makan. Elena menyadari bahwa Patrick seringkali mengawasinya. Mungkin karena Patrick belum bisa menerima kehadirannya, maka dari itu mengintimidasi dirinya melalui tatapan dan dengan tatapan itu Patrick sengaja membuatnya tidak nyaman. Atau mungkin malah Patrick ingin membuatnya mati tersedak makanan supaya pria itu bisa mewujudkan keinginannya untuk menikahkan Kai dengan Yasmin. Pengalaman buruk berhadapan dengan Patrick yang membuat Elena dihinggapi prasangka buruk. 

Lalu setelah makan malam benar-benar berakhir, Patrick memusatkan perhatian sepenuhnya padanya. Elena menelan salivanya dalam-dalam. Oh, tentu saja nyali Elena ciut dan ia merasa ngeri membayangkan Patrick mulai menyerangnya melalui verbal.

"Apa yang kau lakukan hingga membuat Kai bertindak bodoh, yaitu memindahkan kepemilikan setengah saham miliknya menjadi atas namamu?" Alih-alih mengindahkan sikap ramah tamah untuk menyambut hari pertama Elena tinggal di sini, Patrick justru mengawali obrolan dengan kalimat tanya yang cukup frontal.

Elena mendesah dalam hati, dugaannya tepat sekali.

"Tidak ada yang Elena lakukan. Aku yang memaksanya." Kai terdengar menyahut.

Patrick mengalihkan tatap ke arah Kai. "Aku tidak bertanya padamu."

Kai menyadari bahwa Elena meliriknya, dan berikutnya Elena menyenggol kakinya. "Katakan saja sejujurnya. Dia tidak akan menggigitmu jika tidak puas dengan jawabanmu." Kai berkata demikian lantaran berpikir, mungkin saja Elena kesulitan menjawab pertanyaan dari Patrick.

Patrick menatap Kai dengan nyalang. Mulut serampangan Kai tidak berubah, batinnya. Seperti biasa, peringatannya diabaikan begitu saja, Kai bersikap acuh tak acuh.

Elena berdeham sebelum menanggapi. "Kai menculik saya dan kemudian memanfaatkan kelengahan saya untuk mendapatkan tanda tangan saya. Kai beranggapan bahwa dengan memindahkan saham tersebut, akan membuat saya terikat dengannya dan Anda...Anda akan menerima saya." ujar Elena menanggapi pertanyaan Patrick.

"Kau..." Patrick berbicara pada Kai. "Hampir semua penculik, menculik seseorang untuk mendapatkan keuntungan. Contohnya saja ingin meminta tebusan. Kenapa kau bertindak sebaliknya?"

"Aku menculiknya juga demi mendapatkan keuntungan. Aku menculiknya karena ingin menawan hatinya dan ingin membuatnya terikat denganku untuk selama-lamanya." Di akhir kalimatnya bibir Kai tampak menyeringai.

Kai kemudian menoleh pada Elena yang duduk di sampingnya. Jari telunjuknya mencolek dagu Elena, menggodanya. "Ya, kan...."

"Jangan melucu." protes Elena, berkata dengan bibir yang hampir terkatup rapat.

"Aku tidak melucu, justru sedang menunjukkan sikap romantis."

"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk romantis-romantisan."

"Lalu kapan waktu yang tepat? Oh, nanti setelah kita masuk kamar ya? Mau berapa ronde?"

"Diam." desis Elena memperingatkan agar Kai berhenti membual. Pandangannya melirik segan ke arah Patrick.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang