11. Somehow

62.9K 6.1K 1.6K
                                    

Malam....

Terima kasih untuk 1,5k+ komen dichapter sebelumnya 🤍

Sebelum baca tolong VOTE dulu ya guys ☺️
Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

────────────────────────────────────────────

Elena terpaksa membawa Talia ke rumah karena perempuan itu memohon untuk ikut bersamanya. Kemudian saat Elena pergi bersama Friska dan juga Karyl untuk menghadiri pembukaan toko kue milik teman Friska, Elena membiarkan Talia berada kamarnya.

Dua jam kemudian Elena baru pulang dan segera menuju kamar. Talia yang sebelumnya duduk di sofa sembari membaca majalah, terkejut karena kedatangan Elena.

"Jadi kapan kau akan pergi?" Elena berbicara seraya melepas jam tangan serta anting yang ia kenakan.

Dari pantulan cermin Elena menatap Talia penuh pengamatan. Talia memiliki tubuh mungil karena tingginya beberapa sentimeter di bawahnya. Kemudian wajah perempuan itu cantik dan manis.
Lalu aura yang terpancar dari perempuan itu tampak positif, cocok menjadi pemeran utama wanita.

"Mamaku belum pulang. Kuharap kau mengizinkanku berada disini sampai mama pulang," ujar Talia dengan pandangan terus memerhatikan Elena yang kini berdiri di depan lemari pakaian, membelakanginya dan sedang melepas pakaian luarnya.

"Aku hanya malas berurusan dengan Victor." Elena meraih kaos dan celana pendek dari lemari kemudian mengenakannya.

"Victor tidak tahu aku bersamamu."

"Maka dari itu, sebelum dia tau kau harus segera pergi dari rumahku."

"Sebagai sesama perempuan seharusnya kau memahami posisiku." Talia justru merebahkan diri ke sofa, tidak peduli jika Elena terang-terangan mengusirnya. Sebab ia tidak memiliki tujuan setelah pergi dari sini.

"Kau tidak cerita apapun, apa yang harus aku pahami?" Elena berjalan menuju ranjang kemudian merebahkan diri dengan tangan yang memegang ponsel, membaca pesan yang masuk ke ponselnya.

"Victor menyukaiku dan dia selalu bersikap dominan padaku."

"Dia kakak tiri, bukan? Kalian beda ayah dan ibu, jadi apa masalahnya?"

"Masalahnya aku tidak memiliki perasaan apapun padanya. Aku hanya menganggapnya sebagai kakak, tidak lebih. Tapi dia terus menerus memaksaku agar menerimanya sebagai lelaki bukan sebagai kakak."

"Jika tidak nyaman dengan sikap Victor, adukan saja pada orang tuamu."

"Dia mengancam akan membunuh mamaku jika aku buka mulut."

"Ya sudah terima saja nasibmu."

Talia melirik Elena, perempuan itu memiliki mulut yang ceplas-ceplos. Tapi ia tidak tersinggung karena ia yakin jika sebenarnya Elena adalah orang baik. Buktinya saja Elena tidak serius ingin mengusirnya.

"Boleh aku pinjam charger ponselmu?" Ucap Talia kemudian.

"Ada di atas nakas. Kau ambil saja sendiri."

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang