05. Complicated

75.1K 6.8K 441
                                    

Sebelum baca tolong VOTE dulu ya pren ☺️
Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

Kalau pada pelit vomen, jangan protes kalau Author bakal pelit update 😛

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

Begitu mendekat, Kai berbisik di dekat telinga Gavin, "siapa perempuan itu?" Kai bertanya karena perempuan yang ia maksud terus menatapnya hingga jarang berkedip.

"Elena. Adik Nico." Gavin tahu jika pertanyaan Kai ditujukan untuk Elena. Sebab di sana hanya ada dua perempuan yaitu Gretta dan Elena.

Kai mendengar jika adik Nico pindah ke kota ini. Tapi ini kali pertamanya Kai bertatap muka dengan Elena. "Tatapannya padaku tampak aneh."

"Dia sedang terpesona denganmu," balas Gavin yang ikut mengamati Elena.

"Itu bukan tatapan terpesona. Tatapannya seperti sedang melihat seseorang yang baru bangkit dari kubur." Kai berkata demikian karena wajah Elena tampak pucat pasi. Ekspresi wajahnya juga rumit hingga sulit dijabarkan.

Kai mengabaikan tatapan aneh dari Elena yang terarah padanya. "Jadi, apa permasalahannya? Kenapa Tonny memukulmu?" Tanyanya pada Sam.

Sam lantas menceritakan inti permasalahannya pada pemimpin Cerberus tersebut. Lalu Kai melirik Elena setelah mendengar Sam menjelaskan jika permasalahan ini ada sangkut pautnya dengan adik Nico tersebut.

"Elena, apa yang kau lamunkan?" Tanya Gretta dengan suara rendah.

"Tidak ada," ujar Elena menanggapi. Suara Gretta barusan menyadarkan Elena dari lamunannya.

Elena mencelupkan handuk ke dalam baskom berisi air es, memeras handuk itu kemudian melanjutkan kegiatan sebelumnya yang sempat terhenti. Elena mengompres lebam dan luka di wajah Sam, tapi netranya sesekali menatap ke arah manusia jelmaan Kaivan tersebut.

Saat mendengar Kai berbicara, ia yakin jika suaranya persis dengan suara Kaivan. Kemudian fisik Kai dan Kaivan juga sama persis. Baik postur tubuhnya yang tinggi tegap, kemudian struktur wajahnya yang selalu Elena sebut tampan dan rupawan. Sama seperti fisik raga ini yang sama persis dengan raganya di dunia nyata, Kai juga demikian. Kai seperti jelmaan sosok Kaivan di dunia nyata.

Tetapi gaya berpenampilan Kai dengan Kaivan berbanding terbalik. Kurang tepat jika menyebut gaya penampilan Kai urakan, namun etiket penampilan Kai layaknya lelaki badboy. Selain telinga yang ditindik, Elena melihat beberapa tato menghiasi kulit lelaki itu. Ada tato dengan gambar kartu poker diempat jarinya. Yaitu gambar hati, gambar wajik atau diamond, gambar club atau sekop, dan gambar keriting atau spade. Di pergelangan tangan kiri bagian dalam terdapat tato infinity. Kemudian di tangan kanannya terdapat tato dua garis hitam melingkar pada bagian bawah siku. Itulah beberapa tato yang terlihat. Elena memang sengaja mengamati lelaki itu secara mendetail.

Di detik berikutnya, pandangannya bersirobok dengan netra lelaki itu yang juga sedang menatapnya. Tangan Elena sedikit gemetar dan jantungnya berdetak lebih cepat. Jika sebelumnya ia dilanda keterkejutan dan rasa keheranan, kini setelah Elena tersadar, ia merasakan kerinduan yang begitu mendalam.

Setelah Kaivan tiada, Elena menghabiskan banyak waktu untuk meratapi kesedihan kehilangan lelaki yang menjadi cinta pertamanya. Rasa duka karena kehilangan bergelayut nyeri hingga rasanya nyaris menyesakkan dada. Kini timbul perasaan senang dan lega karena berkesempatan melihat wajah Kaivan lagi.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang