47. Curiosity

37.7K 4.7K 2.2K
                                    

Malam....

Terima kasih untuk 1,8k+ komen di chapter sebelumnya 🤍

Sebelum baca tolong VOTE dulu ya guys ☺️
Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

────────────────────────────────────────────

Kai dalam perjalanan kembali menuju Kota Radbal setelah menghadiri pemakaman pendiri Silver Foods. Pria yang menjabat sebagai Chief Executive Officer di perusahaan retail Demart Inc itu duduk di bangku penumpang bagian belakang dengan sopir yang mengemudikan kendaraan. Sedan mewah berharga fantastis dan dilengkapi dengan beragam fitur canggih tersebut tidak hanya berisi Kai dan sopir, Simon yang menjabat sebagai asisten Kai juga berada di dalam mobil itu.

Saat ini Simon duduk di samping Kai, perhatiannya terpusat pada layar tablet yang ia pegang. Usai Kai memberi perintah untuk mencari informasi tentang direktur pemasaran perusahaan Silver Foods, Simon segera menghubungi sumbernya yang juga bekerja di perusahaan Silver Foods. Dan saat ini ia siap menyampaikan informasi yang ia peroleh dari informannya.

"Aaric Cassilo. Usia 30 tahun dan masih lajang. Sarjana bisnis dan manajemen, serta menyandang gelar magister...," informasi yang Simon bacakan terhenti setelah Kai menginterupsi.

"Aku tidak peduli tentang pendidikannya," sela Kai.

"Baik." Kemudian Simon membacakan informasi selanjutnya mengenai Aaric Cassilo. "Atas performa kinerjanya yang terus meningkat, awal tahun ini Aaric mendapatkan promosi jabatan sebagai direktur pemasaran."

"Langsung saja bacakan informasi mengenai hubungan Aaric dengan Elena." Kai kembali menginterupsi, berkata tanpa menatap lawan bicaranya.

Kai sedang terhanyut dalam pikirannya, memikirkan kedekatan Elena dengan Aaric. Sepanjang prosesi pelepasan jenazah hingga acara berakhir, Kai terus mencermati kebersamaan mereka berdua. Tidak hanya menjalin interaksi verbal namun Aaric juga tidak segan melakukan interaksi non verbal seperti menggandeng tangan Elena, bahkan Aaric juga merangkul bahu Elena ketika mereka berjalan menuju mobil. Hubungan mereka berdua tampak dekat dan itu membuat Kai muak.

Kedua tangannya terkepal sempurna, keningnya berkerut ketika menelaah perasaan rumit yang menyeruak tanpa kenal ampun di relung jiwanya. Apa yang sedang Kai rasakan sekarang adalah sebuah emosi negatif berbentuk kecemburuan. Ya, ia cemburu! Sepintas bibir Kai menerbitkan senyum penuh ironi. Setelah hatinya dipatahkan oleh wanita itu, dan kemudian ia dibuang begitu saja di saat dirinya bersedia menjanjikan sebuah cinta yang tulus dan tak terbatas—  namun nyatanya hingga detik ini ia masih peduli terhadap Elena.

"Informan saya mengatakan jika Aaric dan Elena menjalin hubungan dekat. Keduanya sering terlihat bersama di kantor karena mereka satu divisi. Entah makan siang bersama, dan berangkat atau pulang bersama," ujar Simon kemudian.

"Dekat seperti apa yang kau maksud? Pacaran atau hanya teman? Aku sudah memintamu untuk menyelidikinya secara terperinci, kan!" cecar Kai yang tidak puas atas informasi yang diperoleh Simon. Nada bicaranya mulai terdengar tidak ramah.

Simon melirik segan pada Kai yang sedang membuang muka ke arah jendela di sampingnya. Satu tangannya bergerak membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya. Kacamata yang ia kenakan sebenarnya tidak bergeser dari posisinya, itu hanya perilaku naluri berupa gerakan refleks lantaran otaknya sedang berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Kai barusan.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang