41. Wherefores

32.1K 3.9K 2.3K
                                    

Saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote & komen di chapter sebelumnya 😙

Tidak lupa mengingatkan, sebelum baca tolong VOTE dulu ya ☺️ Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

"Obat apa yang ingin kau beli?" tanya Kai saat mobil yang ia kemudikan berhenti di sebuah apotek.

"Kepalaku sedikit pusing," balas Elena menanggapi.

Kai mencekal lengan Elena, mencegah perempuan itu keluar dari mobil. "Biar aku saja yang turun."

"Tidak usah." Elena menyingkirkan tangan Kai lalu keluar dari mobil, berjalan memasuki apotek.

Lalu Elena menyebutkan obat apa yang ingin ia beli pada penjaga apotek. Tidak lain dan tidak bukan adalah obat pencegah kehamilan.

Kai yang kini menunggu di dalam mobil, mengalihkan tatap ke arah ponsel Elena yang tergeletak di kursi yang ditempati Elena. Ponsel Elena berdering dan Kai yang penasaran memilih melihat siapa yang menelepon. Siapa tahu yang menghubungi Elena adalah pria yang kala itu berciuman dengan Elena. Sebab sejak kemarin mengotak-atik ponsel Elena, Kai tidak menemukan percakapan Elena dengan pria itu melalui chat, ataupun foto mesra Elena dan pria itu.

Tapi siapa sangka jika layar ponsel Elena malah menampilkan nama Victor. Kai sungguh terheran-heran. Apakah Victor yang ini adalah Victor yang ia kenal, yakni pemimpin klub Drunkola? Untuk mengobati rasa penasarannya, Kai mengangkat panggilan tersebut.

"Di kampus tidak? Bukumu yang tertinggal di flatku aku bawa."

Kai termenung-menung lantaran suara yang ia dengar sekarang memang suara Victor. Dari perkataan Victor barusan, kenapa seolah-olah Elena pernah berkunjung ke flat Victor? Bagaimana ceritanya Elena bisa menjalin hubungan dengan Victor? Banyak pertanyaan memenuhi benak Kai hingga kepalanya terasa pening.

"Elena! Cepat kemari. Aku di tempat biasanya."

Geraham Kai mengetat penuh kemarahan seolah siap meledak kapan saja. Elena memiliki hubungan dekat dengan Victor, itulah kenyataannya.

"Hubungan apa yang terjalin antara kau dengan Elena?" Kai memilih bertanya langsung pada Victor.

"Kenapa tidak kau tanyakan sendiri pada Elena?"

Mulut Kai baru akan terbuka untuk melontarkan kalimat berikutnya, namun Victor malah memutuskan panggilan. "Brengsek!" umpatnya.

Elena yang baru saja masuk ke dalam mobil tidak sengaja mendengar Kai mengumpat. Ia menatap Kai dengan seksama, lelaki itu juga menatapnya dengan pandangan yang tajam, guratan di wajahnya sangat tegas, dan kedua alisnya berkerut. Ekspresi yang nampak di wajah Kai sekarang adalah ekspresi marah.

"Victor baru saja menghubungimu. Ada hubungan apa kau dengannya?"

Elena melirik ponselnya yang masih dipegang Kai. "Aku dan Victor berteman," jawabnya.

"Berteman?" Nada bicara Kai meninggi. Bisa-bisanya Elena berteman dengan Victor setelah tempo lalu Elena disekap oleh lelaki itu. Banyak yang tidak ia ketahui tentang Elena, Kai cukup syok akan hal tersebut.

"Terserah kalau tidak percaya." Elena merebut ponselnya dari tangan Kai.

"Jangan berhubungan lagi dengannya," desis Kai masih dengan ekspresinya yang sarat akan kemarahan.

"Hmm." Elena yang malas berdebat mengiyakannya dengan gumaman.

Keheningan tercipta di sepanjang jalan yang mereka lalui untuk menuju rumah Elena. Kai masih berkutat dengan kemarahannya setelah mendapati kenyataan jika Elena menjalin hubungan dekat dengan Victor.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang