45. Sunday

33.6K 4.3K 8.2K
                                    

Malam.....
Upload telat banget karena baru kelar ketik 🫠

Btw, saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote & komen di chapter sebelumnya 😙

Tidak lupa mengingatkan, sebelum baca tolong VOTE dulu ya ☺️ Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────

Hari ini adalah hari minggu, hari yang ditunggu-tunggu dan dinantikan oleh banyak orang setelah sibuk menjalani aktivitas yang padat, serta melewati hari-hari yang melelahkan dari hari senin hingga sabtu. Hari minggu menawarkan suasana yang berbeda. Tetapi Kai berpendapat bahwa hari minggu adalah hari yang menjemukan, lantaran Kai tidak memiliki kegiatan yang berkualitas untuk menikmati hari minggu selain bersantai-santai di kediamannya.

Setelah keluar dari kamar mandi, lalu mengambil celana panjang casual dari dalam lemari dan kemudian mengenakannya, Kai membawa langkahnya untuk keluar kamar. Kakinya menuruni satu persatu anak tangga karena kamarnya terletak di lantai dua, tujuannya adalah meja makan.

Seorang wanita berusia 40 tahunan baru saja selesai menyajikan menu sarapan untuk Kai ke meja makan. Maribel nama wanita tersebut. Maribel sebelumnya bekerja di mansion dan Ben selaku kepala pelayan mansion, atas perintah Patrick memindahtugaskan Maribel untuk bekerja di sini. Ben mulanya menempatkan tiga pelayan namun Kai menolak dan hanya meminta satu pelayan. Sebab, kebersihan unit ini sudah menjadi tanggung jawab pihak apartemen. Jadi untuk apa menempatkan banyak pelayan di sini, begitulah pikir Kai.

Setelah menarik kursi dan mendudukkan diri, Kai meraih obat yang juga diletakkan di meja makan, lalu Kai menelan obat itu dan mendorong obat itu dengan meminum air putih agar melewati kerongkongannya dengan lancar.

Maribel sudah hafal dengan kebiasaan Kai. Termasuk ketika di pagi hari Maribel menemukan botol alkohol dan gelas tergeletak di minibar, itu menandakan jika semalam Kai usai minum-minum. Lalu Maribel akan menyediakan obat pereda nyeri di meja makan. Jika di pagi hari Kai masih merasakan efek dari alkohol atau merasakan pening pada kepalanya, Kai akan membutuhkan obat itu supaya bisa menjalankan aktivitas tanpa merasakan keluhan yang berarti pada tubuhnya.

"Saya menemukan pakaian dalam wanita di sofa depan. Apakah....apakah Anda ingin menyimpannya?" tanya Maribel, berucap dengan sopan.

"Buang. Bakar. Atau lempar saja ke bawah sana," balas Kai acuh tak acuh. Namun di dalam hati Kai merutuk Hera, untuk apa Hera meninggalkan pakaian dalamnya, dasar sinting!

Maribel melirik Kai dengan kening berkerut. Ia sedang menelaah kalimat terakhir Kai. Lempar saja ke bawah sana. Apakah yang Kai maksud, ia disuruh pergi ke balkon kemudian melemparnya dari ketinggian unit penthouse ini?

Kai menatap Maribel dengan mulut yang sibuk mengunyah sandwich. Kening wanita itu berkerut, seperti sedang berpikir. Dan Kai memilih bertanya. "Apa yang kau pikirkan? Kalau kau mau ambil saja." Kai berpikir bahwa mungkin saja Maribel merasa sayang apabila pakaian dalam itu dibuang.

"Saya sedang memikirkan apa yang akan terjadi jika saya melempar bra itu dari balkon. Saat melemparnya, secara otomatis bra itu akan terbawa angin. Lalu bagaimana seandainya bra itu mendarat di atas kendaraan yang sedang melintas di jalan? Tentu saja hal itu akan membahayakan pengendara, Tuan."

Kai sempat menghentikan gerakan mulutnya karena terperangah mendengar perkataan Maribel barusan. "Aku memberimu tiga opsi. Buang, bakar, atau lempar saja ke bawah sana. Kalau tidak setuju dengan opsi terakhir, masih ada dua opsi lain, bukan? Buang atau bakar."

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang