Saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote & komen di chapter sebelumnya 😙
Tidak lupa mengingatkan, sebelum baca tolong VOTE dulu ya ☺️ Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉
Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────Kai dan Barra berada di apartemen, berikut dengan Gavin sedang berkunjung ke sana. Barra dan Gavin sedang tampak serius dengan permainan catur mereka. Sedangkan Kai sedang mencoba menghubungi Elena tapi tidak pernah tersambung.
Karena jengkel, Kai melempar ponselnya ke lantai dengan serampangan.
Perbuatan Kai berhasil mengundang perhatian Barra dan Gavin, keduanya saling menatap satu sama lain saat Kai tiba-tiba melempar ponselnya.
"Apa masalahmu?" Gavin melempar bantal sofa ke arah Kai. Setelah bantal itu mengenai wajah Kai, tidak lama Kai melempar balik dan mengenai papan catur hingga membuat bidak catur berantakan.
"Babi!" raung Gavin sambil menatap nyalang ke arah Kai.
Barra hanya menghela napas panjang sambil menampilkan ekspresi jengah. Karena permainan mereka sudah porak-poranda, Barra memilih merebahkan diri di lantai yang beralaskan karpet kemudian menyalakan televisi.
"Aku tidak bisa menghubungi Elena sejak kemarin," keluh Kai.
"Datangi saja rumahnya," usul Barra.
"Sudah. Tapi pelayan di rumahnya bilang, Elena tidak di rumah. Padahal sejak tadi pagi aku sudah ke sana empat kali." Kai bercerita seraya memungut ponselnya yang tadi ia lempar, kemudian kembali menghubungi nomor Elena.
Kemarin setelah balapan usai, Kai menyelinap ke kamar Elena seperti biasanya. Namun pintu balkon terkunci dan kamar Elena juga gelap gulita seolah tidak berpenghuni. Pada saat itu Kai berpikir, mungkin saja Elena menginap di rumah orang tua ibu tirinya. Tapi setelah itu ia juga menghubungi ponsel Elena tapi tidak terhubung. Lalu keesokan harinya ia bertamu secara baik-baik ke rumah Elena dan pelayan mengatakan jika Elena tidak berada di rumah. Ketika ia bertanya lebih mendetail ke mana perginya Elena, pelayan itu menjawab tidak tau.
"Baru juga sehari tidak ada kabar. Jangan berlebihan," dengus Gavin. Tangannya sedang sibuk menata kembali bidak catur.
"Masih tidak tersambung. Bisa-bisanya ponselnya mati sejak kemarin," gerutu Kai.
"Jangan-jangan nomormu diblokir?" kekeh Gavin.
Kening Kai langsung berkerut, wajahnya tampak berpikir. "Coba kau hubungi menggunakan ponselmu," pintanya.
Gavin meraih ponselnya dan mencari kontak Elena untuk melakukan panggilan. "Terhubung kok," kata Gavin setelah mendengar nada tunggu.
Kai langsung mengulurkan tangan untuk mengambil alih ponsel. Benar, terhubung tapi tidak ada jawaban setelah menunggu. Kai lantas mengembalikan ponsel Gavin. Kemudian ia melakukan panggilan ke nomor Elena melalui ponselnya, tidak terhubung.
"Sialan perempuan itu! Kenapa harus memblokir nomorku!" jengkel Kai sambil berjalan menuju pintu. Ia berniat pergi ke rumah Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
RomanceSaat mendekati tikungan terakhir, mobil di belakang Elena kehilangan kendali. Dan insiden mengerikan itupun terjadi. Kejadian tersebut begitu cepat, Elena tidak sempat melakukan antisipasi sekedar melakukan manuver untuk menghindar. Mobil lawan meng...