30. As Proof

48K 5.2K 11.5K
                                    

Malam.....

Saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah vote dan komen di chapter sebelumnya.

Btw, yang pelit vote ada masalah apa sih? Padahal Authornya udah rajin tiap hari update 🫠 eh ada aja pembaca ghoib yang mau nikmatin karya gratis tapi enggan kasih apresiasi.

Yuklah sebelum baca tolong VOTE dulu & jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉

Selamat membaca!

────────────────────────────────────────────

Elena sudah berada di kediaman Veronica setelah dokter mengizinkannya pulang dari rumah sakit. Saat ini ia berada di ruang tamu, duduk menyelonjorkan kedua kakinya dan sedang mengoleskan obat cair ke kulitnya. Itu merupakan obat penghilang bekas luka yang diresepkan dokter. Sebab kulitnya terdapat banyak luka gores akibat insiden tempo lalu.

Sesekali Elena melirik Barra dan Gavin yang duduk di bawah, di atas kasur lantai dan mereka sedang bermain dengan Noah. "Kenapa kalian tidak ikut pulang dengan Kai? Apa selain balap liar kalian pengangguran, tidak memiliki kesibukan lain?" tanyanya pada mereka berdua.

Benar, Kai pulang ke Radbal tanpa mengatakan alasannya dan Elena juga enggan bertanya 'kenapa' lelaki itu pulang. Kai hanya berpamitan padanya 'aku harus pulang. Ada urusan'. Kai pulang menggunakan transportasi umum yaitu bus. Sebab mobil Kai sedang masuk bengkel setelah tempo lalu dengan sengaja menabrak mobil Robert.

"Aku bukan pengangguran. Papaku memiliki bisnis ekspedisi. Aku membantu papaku mengelola bisnisnya," sahut Gavin.

"Oh, selain balapan kau juga merangkap sebagai kurir antar paket?" tanya Elena.

Barra tersenyum geli mendengar perkataan Elena barusan. Sedangkan Gavin menatap Elena dengan wajah terperangah.

"Bukan membantu mengantarkan paket. Papaku itu bosnya, pemilik perusahaan ekspedisi," ucap Gavin dengan menggebu.

"Oh, aku tidak tau," balas Elena seadanya.

"Kau sendiri, Barr? Apa kesibukanmu?" Elena beralih bertanya pada Barra.

"Nah kalau dia pengangguran tapi dia pemilik rental mobil terbesar di Radbal." Pertanyaan Elena ditujukan pada Barra namun Gavin yang menanggapi.

"Pengangguran itu tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Jadi aku bukan pengangguran," sanggah Barra.

"Aku baru tau kau memiliki bisnis rental mobil, Barr," ucap Elena.

"Bisnis warisan orang tuaku. Lalu aku mengembangkannya. Hasil dari menang balapan aku kumpulkan dan aku gunakan untuk menambah kendaraan," ujar Barra menanggapi.

"Kau keren. Masih muda, tampan, memiliki bisnis menjanjikan pula," puji Elena berseloroh.

"Dan penjahat kelamin pula," timpal Gavin.

Barra mengeplak kepala Gavin.

"Apa! Aku bicara realita." Gavin mengusap-usap kepalanya.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang