"hmmm.....", aku membuka mataku...
Lagi-lagi aku terbangun di uks sekolah, tapi kali ini aku pingsan karena apa?
"ehh jangan banyak gerak dulu", kata seorang pria yang duduk di tepi ranjang.
"kepalamu sampai lebam kena bola tadi"
"bola?"
Aku menyentuh pelan kepalaku, memang ada rasa perih dan sakit, juga perban yang sudah melilit di kepalaku.
"ahhh...., aduh sakit", ucapku lirih.
"makanya jangan banyak gerak dulu...", orang ini....
Dia adalah kakak PMR yang tadi memintaku untuk membantunya.
"sudah sadar man?", kak Waldi masuk ke UKS sambil membawa sebotol air mineral.
"udah di", kata kakak PMR ini.
"makasih man, kau boleh keluar, aku mau bicara berdua dengan Abri", kak Waldi menyuruh kakak itu keluar dan langsung di ikuti.
Kak Waldi lalu duduk di tepi ranjang dan mengelus kepalaku dengan pelan...
"aduh....", ucapku saat tangannya tak sengaja menyentuh luka lebam di dahiku.
"eh maaf, saya tidak sengaja... Hehhhh parah sepertinya.... Bukan main yang kena kepalamu itu bola volley", kata kak Waldi.
"hah?!, bola Volley?", kataku kaget.
"waktu ekskul Volley tadi nge smash, bolanya malah kena kepalamu", hmmm, aku tidak ingat sih...
"udah jangan di pikir sayang..., bagaimana perasaanmu?", tanyanya.
"emm..., agak pusing.... Kepalaku juga masih sakit", jawabku.
"aduhhh kasian...., maaf ya.. Harusnya kakak tadi melindungimu dari bola"
Aku tersenyum...
"ti...tidak apa-apa kak...", kataku.
"ini minum dulu", kak Waldi menyodorkan sebotol air mineral padaku.
"habis ini saya antar pulang ya"
Eh?, "ta..tapi kak, ospeknya...."
"ospeknya udah selesai hari ini, cuma ada parade ekskul jadi aman, atau....... Kamu mau jalan-jalan dulu?", tawarnya.
"ba..bagaimana ya....., jujur aku tidak enak kak.....", kataku.
"halahhh sama pacar sendiri ga usah gitu....., kakak ambilkan tas mu ya, habis ini kita jalan dulu", tanpa menunggu persetujuanku, kak Waldi langsung pergi meninggalkanku.
Beberapa saat kemudian, kak Waldi sudah datang sambil memakai jaket dan helm di tangannya.
"ayo yang......, ngedate dulu kita"
.
.
Entah kemana dia akan membawaku, lebih baik ku turuti saja. Namun, sejak menjalin hubungan ini tadi pagi....., kak Waldi tidak pernah lagi marah denganku.
Tapi kenapa aku menerimanya?
Hmmm, karena aku nyaman.
Aku benar-benar nyaman ada di sisinya.
Akupun tersenyum dan memeluknya dengan erat...
Kak Waldi yang sibuk berkendara sekilas menoleh kebelakang melihatku kala ku peluk tubuhnya.
"makasih kak....", ucapku lembut.
"ehehe......, kakak yang harusnya berterima kasih sama kamu....", katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?