****FAHMI POV****
Tak terasa, sudah 1 jam kami mendaki dan baru saja kami melewati pos 1 gunung Bawakaraeng.
"ARGHHHHHHH MASIH LAMA KAH?!!!!!!", keluh Rajab.
"kita malah baru sampai pos satu jab", ungkap Ivan.
Rajab kemudian bertanya, "memangnya untuk sampai puncak harus lewat berapa pos?"
Akupun bilang, "pos 10 ada di puncak"
"argghhhhhh, aku sudah tidak kuat!!!!!", Rajab pun terduduk.
"bagaimana sekarang?", tanya Gusti.
Akupun menghela nafas, "mau bagaimana lagi?, bisa bahaya juga kalau kita memaksakan diri"
"tapi Abri bagaimana?", tanya Ivan juga.
Sejujurnya, niatku membuntuti Abri sekarang sudah hilang. Soalnya Abri pasti sudah ada jauh, bahkan sepertinya sudah hampir sampai di pos ke dua, itu karena kami juga sudah empat kali harus singgah istirahat.
"sepertinya mendaki bukan hal yang cocok untukku", ucap Rajab.
.
.
3 Jam Kemudian.....
Hari sudah gelap, malam telah muncul. Sekarang sudah pukul 6 sore dan kami juga telah tiba di pos ke lima.
Aku langsung melepas tas ku, "kita nginap di sini malam ini". Dan itu langsung di setujui oleh yang lain.
Kami pun membangun tenda di sini.
Kami tidak sendiri, ada 3 rombongan pendaki lain yang juga turut membangun tenda di sini, namun sayangnya tidak ada rombongan Abri di antara mereka.
Pukul setengah delapan malam, tenda berhasil kami dirikan.
Rajab sudah tertidur di dalam tenda, Ivan membuat api, sedangkan aku bersama Gusi sekarang sedang mencari kayu untuk bahan bakar api unggun kami.
"beruntung sekali", ucapku sembari memungut ranting di tanah. "kau bisa bersama Rajab"
Gusti yang mendengarnya lalu menghampiriku, "hehe", ia tertawa dan merangkul pundakku, "aku dan Rajab juga tidak mudah untuk sampai sekarang mi, kau tahu?, dari teman menjadi cinta itu butuh perjuangan"
Aku tertunduk, "gus, menurutmu aku tidak sia-sia kan mengejar Abri begini?".
Gusti menggelengkan kepalanya, "pasti kalian akan indah pada waktunya, aku yakin itu mi"
.
.
Besoknya....
Minggu, Jam 6 Pagi, kami bergegas merobohkan tenda dan melanjutkan pendakian.
Hari ini angin agak kencang bertiup, namun walau begitu langit saat sudah pukul 7 sangat cerah.
Pukul 9 pagi, rombongan kami sudah tiba di pos 8.
Kami beristirahat sebentar, lalu sekitar 15 menit tinggal di sana, kami pun kembali mendaki, target kami akan segera sampai di puncak sebelum pukul 12 siang.
"aaaa, ba ba batu ni nisan!", Rajab sangat terkejut melihat dua batu nisan ada di sana.
"jangan takut, beri salam dan tetap tenang", kataku.
Di Pos 8 ini juga ada semacam tugu untuk para pendaki yang wafat saat mendaki di sini. Kalau aku ceritakan pasti Rajab akan jadi lebih takut untuk melanjutkan perjalanan.
.
.
Hembusan angin yang kencang makin terasa....
Hamparan rumput yang tak terlalu luas menyambut kami, ini tanda jika pendakian kami akan segera selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?