Kamis siang....
****ABRI POV****
Aku menunggu kak Aryo menjemputku di luar gerbang sekolah.
Sudah lewat 15 menit sejak jam pulang, memang agak lama soalnya kak Aryo hari ini sedang dinas.
"Abri?", seseorang memegang pundakku, aku lantas berbalik dan mendapati Jalil tengah berdiri sambil tersenyum di belakangku.
"eh?, lil...., bikin kaget saja hehe"
"kau nunggu jemputan ya?, mau aku antar pulang?", tawarnya.
Akupun menolak tawarannya itu, "tidak, makasih lil, kakak ku juga sudah dalam perjalanan ke sini".
"ya sudah, kalau begitu aku temani boleh?", tanyanya.
"yakin?, kau tidak sibuk?", tanyaku balik.
"jelas lah...., sibuk cuma untuk orang yang sudah kerja, kalau aku selalu siap!!!!, kapanpun kau butuh haha".
"ahahaha bisa saja, ya sudah", lumayan ada teman ngobrol.
Tapi, baru saja aku dapat teman ngobrol....
Terlihat mobil kak Aryo sudah datang.
"makasih ya lil, itu kakak ku sudah datang"
"e eh ehehe ma mau bagaimana lagi hehe", ucap Jalil.
Mobilnya berhenti tepat di depanku, jendelanya pun di turunkan dan yang membuatku terkejut adalah bukan kak Aryo yang menyetir mobil itu.
Seorang pria berseragam loreng dengan kacamata hitam tersenyum melihatku.
"Abri!, sudah besar ya hehe"
"om siapa?", tanyaku.
Pria itu langsung membuka kacamatanya, "ini abang bri!, Ridwan!".
Ridwan......
Hmm....
Aku kembali mengingat.
Kalau tidak salah, aku kenal dulu ada teman kak Aryo yang sering main ke rumahku, namanya Ridwan dan bersama dengan kak Aryo, ia sudah menjadi abdi negara.
"hah!, Bang Ridwan!!!!!"
Aku langsung memeluknya dari luar mobil.
"hehehe i iya iya abang buka pintu dulu, susah meluknya", akupun melepas pelukanku.
Bang Ridwan lalu membuka pintu mobil dan turun, seketika ia memelukku.
"sudah lama ya!, terakhir, kamu masih se pinggang abang dulu hehe", katanya sambil melepas pelukannya.
"bang Ridwan bisa saja, aku juga bukan Abri yang dulu merengek mau di gendong sama abang ya!", sejak kecil aku memang sudah dekat bang Ridwan, ia selalu datang ke rumahku dan bermain denganku.
Tapi sejak menjadi Abdi negara, bang Ridwan di tugaskan di daerah lain, ia juga hanya beberapa kali kembali saat orang tuanya berpulang, sejak itu bang Ridwan sudah tidak pernah kembali.
"bang Ridwan kapan balik ke sini?", tanyaku.
"dua hari yang lalu, ini abang di pindah tugaskan jadi mulai sekarang abang akan stay di sini terus", aku jadi senang mendengarnya.
"oh iya, karena abang belum dapat kontrakan, jadi untuk sementara abang di rumahmu hehe"
"malah bagus!, rumah jadi rame, aku hampir tiap hari sendirian terus di rumah, kak Aryo dinas, kak Nima ngekos, ibu sibuk di ruko juga", jelasku.
"ekhem!", aku sampai lupa Jalil.
"eh lil!, ma maaf ya hehe, aku jadi terbawa suasana", kataku.
"ohhh tidak apa bri, aku juga pamit pulang kalau begitu, ingat ya hari minggu nanti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?