***Flashback....
Aku masih ingat, dulu aku, Abri, Rajab, Gusti dan Ivan sering bermain di lingkungan asrama militer.
Keluarga mereka berempat saat itu masih tinggal di lingkungan asrama, aku sendiri sudah tidak, tapi kakek saat itu masih aktif sebagai seorang prajurit, makanya kakek sering membawaku kesini dan bermain bersama mereka.
Seperti yang kalian tahu sebelumnya, ayah kami berlima memang sangat amat dekat sejak dulu, makanya kami juga bisa langsung akrab.
"Huaaaaaaa huaaaaaaaaa"
Waktu itu usiaku masih 8 tahun, aku dan yang lain baru kelas 1 SD.
"Abri kenapa?", tanyaku pada yang lain, aku baru saja tiba dan malah mendapati Abri sedang menangis.
"i ini, tadi Ipan ngatain Abri mirip bola", kata Rajab.
Hehe, Abri yang dulu memang agak gemuk, dan Ivan juga sering kali menjahilinya.
"kan cuma main-main"
"haa haaaa main-main apa?!, Ipan dali tadi ngatain Abli kayak bola haaaa haaaaa katanya kalau di tendang bakal mutal..."
Hadehhh...
Di antara mereka, aku yang punya usia tertua...
Aku lahir 2001, bulan Juli, tanggal 14.
Lalu Gusti, masih di tahun yang sama di bulan Agustus, tanggal 3.
Rajab lalu lahir saat bulan Oktober, tanggal 16. Lalu di tahun 2002, bulan Maret, tanggal 26, lahirlah Ivan. Abri yang termuda dari kami, lahir bulan November tanggal 3.
"Aduhhh, Adiknya kenapa di bikin nangis?", ibu Rajab, tante Irma datang.
"hayo, siapa yang bikin Abri nangis?!"
Tante Irma mengelus pelan kepala Abri agar Abri bisa berhenti menangis.
"Ipan ma!", Rajab seketika menunjuk Ivan.
"hehhh!!!!, aku cuma main-main!!!!!", Ivan pun mengelak.
Tante Irma hanya bisa menghela nafas, "huhhhh, dengar ya!, yang namanya main itu kalau kalian bisa senang sama-sama, tapi kalau salah satunya malah sedih begini itu bukan main-main lagi!, paham?!"
Ivan tertunduk, "paham bu...."
Bu?
Iya, Ivan, dan kami memanggil ibu Rajab dengan panggilan bu, karena ibu Rajab adalah guru kami di sekolah dasar.
"NAH DISINI RUPANYA!", suara lantang terdengar, rupanya ibu Ivan, tante Maria juga datang, "ibu bilang tengah hari begini diam aja di rumah!, panas!, nanti kamu sakit bagaimana?!", beliau langsung mengomeli Ivan.
"a ampun bu ampun... Ipan tadi cuma di ajak sama Gusti!"
"ehhh?!, bukan tante!, tadi Ipan yang manggil Gusti di rumah!", Gusti langsung meluruskan.
"dasar!, mau bohongin ibu!"
"hehe, bu, namanya juga anak-anak, biarin mereka main bareng", Kata tante Irma dengan lembut.
"duhh bu Irma, soalnya Ivan anaknya kelewat aktif, baru juga di tinggal cuci piring udah ngilang lagi!", jelas tante Maria.
"Eh?, ada bu Irma sama bu Maria", tante Susan, ibu Gusti pun datang bersama dengan tante Ani, ibunya Abri.
"lho?, Abri habis nangis?", tanya tante Ani.
"itu tante...", Rajab langsung menunjuk Ivan, Ivan yang panik seketika langsung menarik tubuh Rajab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?