"nih", Abdul yang tadi pergi entah kemana kini kembali dan langsung menyodorkan sebotol minuman dingin padaku.
"apa ini?", tanyaku.
"apa yang kau lihat?, hehe..., kau pasti capek kan berjaga jadi tim medis begini, tadi aku keluar cari minum terus sekalian beli untukmu juga"
Memang sih, aku agak haus sekarang, jadi aku terima saja hehe, "hmm..., makasih ya".
Brak!, Fahmi tiba-tiba menendang kursi yang ada di depannya.
"ada apa mi?!", tanyaku.
"hm?, oh tidak apa-apa bri hehe...., kakiku agak kesemutan jadi aku luruskan saja, malah kena kursi"
****FAHMI POV****
Fix!, nambah saingan lagi sekarang, dan yang satu ini jelas kehadirannya lebih mengganggu dari Jalil dan Andi.
"oh iya bri....", dia mulai ngobrol lagi dengan Abri, "sepertinya kita pernah ketemu sebelumnya".
Cih, dasar basa-basi...
"ketemu?"
"iya, kau pernah daftar di SMK Kehutanan juga?, aku merasa pernah bertemu denganmu saat tes masuk dulu", dasar sok akrab.
"benarkah?!", eh?, maksud Abri?
"kau...., yang waktu tes pull up dapat nilai 18 kan?, nomor tesmu waktu itu kalau tidak salah 99!"
"hehehe kau masih ingat ya?", apa?!
Jadi Abri sebelumnya pernah daftar di SMK Kehutanan?!.
"hebat juga waktu itu kau bisa dapat 18 Pull up, tapi kenapa kau tidak lulus?"
"ahhh itu...., aku jatuh di tinggi badan, aku kan pendek".
Akupun ikut bertanya, "kau benar-benar pernah ikut tes masuk SMK Kehutanan bri?".
"iya mi, malah aku dulu ikut tesnya berdua dengan Andi", Andi lagi....
Bukti kalau mereka berdua sudah bagaikan surat dan prangko.
"ahhh iya, temanmu yang dari SMK Penerbangan itu juga waktu itu selalu denganmu kan?", tanya Abdul.
"GOOOOOL!!!!!!!!", Sahut Abri tiba-tiba saat Andi berhasil mencetak skor.
"kau suka nonton futsal ya bri?", tanya Abdul lagi.
Abri malah menggelengkan kepala, lalu akupun bilang, "jadi kau disini hanya karena kau panitia dan tim medis ya?".
Abri menatapku sembari menggelengkan kepalanya, "bukan cuma itu mi..., aku memang tidak suka futsal ataupun bola, tapi jika yang main itu temanku...., aku harus mendukungnya".
Aku tersenyum mendengarnya, "be begitu ya...., hehe", dia hanya bilang begitu dan aku sudah tersipu malu.
"makanya setelah ini kau juga harus main yang semangat!, jangan mau kalah sama sekolah lain!"
Akupun mengangguk, "siap bri!"
"cie...", ucap Ivan yang sedari tadi menguping kami.
"Abri!", Bagus, Jalil kini datang juga.
"Abri......., tanganku tadi terkilir waktu peregangan", dasar cengeng!!!!!!!!
"Apa?!, aduhhhh kok bisa?!, makanya kalau peregangan tuh yang benar!, duhhh bagaimana nanti kalau kau main?!", Abri bahkan terlihat sangat panik.
"yang menendang bola itu kaki, bukan tangan", ucapku dengan perasaan kesal.
Jalil menatapku sebentar lalu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?