Senin pagi....
Aku berangkat pagi ini di antar sama kak Aryo.
Kenapa tidak dengan kak Waldi?, soalnya takut keluargaku jadi curiga dengan kami.
"nanti kalau sudah pulang telpon kakak", pesan kak Aryo saat menurunkanku di depan gerbang.
"iya, kak Aryo berangkat saja", balasku.
"ya sudah", akupun mencium tangan kakakku dan bergegas masuk ke lingkungan sekolah.
Berikutnya, aku mencari kelasku. Jadi sedikit info, kemarin sudah ada pembagian kelas dan aku masuk jurusan IPS, untuk kelas aku di tempatkan di kelas IPS 2.
"Abri!!!", saat sedang berjalan di lorong, terdengar suara Rajab memanggilku.
Begitu aku berbalik, Rajab langsung menepuk punggungku dari belakang.
"jab.....", ucapku, "kau masuk kelas mana jab?", tanyaku.
"IPS 3 bri, bagaimana denganmu?", tanyanya balik.
"hahaha tetanggaan dong kita, aku masuk IPS 2", jawabku.
"kalau begitu kau sekelas dengan Gusti dong!", heh?, aku baru tahu.
"wah, bagus kalau begitu, kalau Ivan sama Fahmi bagaimana?", tanyaku lagi.
"mereka berdua masuk IPA", kata Rajab.
"eh diam disini, ayo cari kelas kita nanti terlambat"
"baru juga jam 6 lewat 30 jab, upacara juga masih lama", kataku sambil menunjuk jam tanganku.
"hahaha, aku sangat bersemangat bri,", ucap Rajab.
Aku dan Rajab lalu berjalan menyusuri lorong kelas, mencari kelas kami.
Pada akhirnya aku dan Rajab menemukan kelas kami di sebelah ruang tata usaha.
Bukan hanya itu, nampak kak Waldi juga sudah ada di dalam kelasku, ia terlihat sedang merapikan bangku.
"permisi....", ucapku memasuki ruang kelas.
"hmmm?", kak Waldi menoleh ke arah pintu begitu mendengar suaraku, " bri?", ia langsung menghampiriku.
"kakak ngapain disini?", tanyaku.
"ini, kakak nyari buku catatan kakak, kemarin kakak ada rapat osis disini, jadi siapa tahu ketinggalan disini", jelasnya.
"memangnya..... Bukunya warna apa kak?", tanyaku lagi.
"warna merah dek, bisa bantu cari?", ia memintaku untuk membantunya.
"hm!", aku mengangguk.
Aku lalu membantu kak Waldi melanjutkan mencari buku yang ia maksud. Dari lantai, laci meja semua sudah ku cek namun aku tidak menemukan bukunya.
"hmm, kayaknya sudah di amankan sama orang lain deh kak", ucapku.
Tiba-tiba, dari belakang tangan melingkar di pinggangku. "yaudah tidak apa-apa", ucapnya lembut.
Hmm...., sepertinya kak Waldi hanya mengarang soal bukunya yang hilang itu. "kak Waldi bohong ya?"
"hahaha, ketahuan ya sayang?", tanyanya.
"kalau mau manja-manjaan bilang saja kak, tidak usah pake cara rumit begini hahaha", tegurku yang sedang tersipu malu.
"mutar kalau gitu....", bisiknya pelan dan seketika aku berputar, berbalik ke arahnya.
Kini kami saling berhadapan, mata kami sudah bertemu.
Cup!, satu kecupan hangat mendarat di pipiku. Bersamaan dengan kecupan itu, tangan kekar kak Waldi sudah mendekap hangat tubuhku, membuatku merasakan kembali detak jantungnya yang amat merdu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?