****ABRI POV****
Aku.....
"hm!", aku membuka mata dan tiba-tiba saja sudah ada di tengah hutan rimba begini.
Aku begitu heran, apa yang terjadi...
Mengapa aku tiba-tiba ada disini?
Sssssk!!!
Suara berisik dari semak di dekatku membuatku menelan ludah, aku berpikir itu hewan buas, jadinya aku mengambil ranting pohon yang agak besar di sebelahku.
Aku terus memperhatikan semak yang sesekali bergoyang itu, aku ingin lari tapi takut jika binatang yang ada di dalam sana malah mengejarku.
Tapi....
Semua rasa takutku perlahan hilang begitu mendengar suara rintih kesakitan dari dalam semak itu.
"akhhhhh......"
Aku yang masih agak takut berjalan maju dengan hati-hati, lalu dengan ranting yang ada di tanganku ku singkap semak yang ada di depan itu.
Seketika terlihat di depan mataku, sosok pria berseragam tentara tengah terduduk sambil memegangi perutnya yang mengeluarkan darah.
"ta tahan pak!", sahutku yang panik melihat keadaannya.
Akupun bergegas menghampirinya untuk melihat luka yang ia derita, "gawat, lukanya cukup dalam", kataku begitu melihat luka dan darah yang ia keluarkan sudah cukup banyak.
"se sebentar, aku.... aku.....", kini aku bingung harus apa, aku tidak punya peralatan medis untuk mengobatinya sekarang.
"kamu sepertinya tidak bisa melupakan saya ya....."
Mendengar suaranya....
Seketika aku terdiam, lalu menatap ke wajah orang ini.
"hahhhhhh!!!!!!!!", rasa panikku makin menjadi saat menyadari orang ini rupanya kak Waldi.
"kak!, be bertahan kak!, aku akan menyelamatkan kakak!"
Dengan tergesa-gesa aku berusaha merobek lengan bajuku dan menggunakannya untuk menahan darah yang terus mengalir keluar dari luka di perutnya.
"tahan kak!!!!!, aku akan...."
Ia kemudian menyentuh tanganku yang sedang sibuk menahan darahnya.
"kamu sepertinya tidak bisa melupakan kakak ya?, kakak kan sudah mati bri...."
"kak....", ucapku pelan....
Begitu menyadari kenyataannya...
Kenyataan bahwa kak Waldi yang asli sudah meninggal, tangiskupun pecah.
"he heeeee heeeeeee kak.... hiks kak.... aku... aku tidak bisa melupakan kakak heeee"
"maaf kalau saya sudah memberikan beban pada kamu bri..."
"tidak kak.... kakak... kakak tidak pernah membebaniku hiks hiks kak... aku sudah menghianati..."
"lupakan kakak", ucapnya dengan senyum yang terlukis di wajahnya.
"hmmmmmm", aku menggelengkan kepala begitu kencang saat mendengarnya mengatakan itu, "TIDAK! AKU TIDAK MAU! BAWA AKU KAK.... AKU.... aku ingin ikut dengan kakak hiks.. he heeee aku... aku ingin menemani kakak saja kak...."
"bri...., waktu kamu masih panjang dek..., ini belum saatnya kamu pergi"
"kak..., aku mohon kak biarkan aku ikut..., aku tidak bisa melupakan kakak, hiks biarkan aku...."
"ada satu cara agar kamu bisa melupakan kakak bri..."
Tiba-tiba kak Waldi menarik kepalaku, wajah kamipun kian berdekatan dan akhirnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?