Malu....
Arghhhhhh
Aku ingin mati saja!
Kenapa aku bisa mengatakan itu?!
"bri?", Fahmi yang masih ada di luar pintu terus memaksa untuk masuk ke kelas.
"aku paham bri, makanya aku mau jelasin kalau aku sama Ardi itu tidak ada hubungan apapun bri, jadi kumohon bri... maafkan aku"
Aku hanya bisa diam sekarang...
Aku jadi takut untuk bicara sekarang, aku takut jika sampai salah ngomong lagi!
"bri!!!!!!, kumohon bri..., Abri!!!!! tidak masalah kalau kau tidak mau punya hubungan denganku!, tapi maafkan aku bri, aku tidak mau bermusuhan lagi denganmu....., Abri..., jangan menyiksaku seperti ini bri........"
Kalau di pikir-pikir....
Konyol sekali...
Kenapa aku malah marah sampai menjauhi Fahmi begini?!
Seolah-olah...
Aku memang cemburu jika dia dekat dengan orang lain.
"bri...."
"mi?", akupun membukakan pintu untuknya.
"maaf", gumamku malu.
"bri?, ti tidak bri.., aku yang harus minta maaf padamu!"
"tidak mi...., hiks...", kini air mataku sudah keluar, menangisi kebodohanku selama ini.
"a aku... aku terlalu egois mi hiks hiks mi.... aku a a aku benar-benar egois!"
Fahmi langsung menggenggam kedua tanganku, "tidak bri, aku yang salah, maaf sudah tidak memahami perasaanmu bri"
"mi... he heeee", aku langsung memeluknya dengan erat, "maafkan aku mi.... maafkan aku"
"sudahlah bri, oke kita semua yang salah hehe", Fahmipun membalas pelukanku, tak peduli jika ia mengambil kesempatan dalam kesempitan, yang jelas aku saat ini sangat menyesal dengan tingkah konyolku sebelumnya.
Cemburu dengannya walaupun kami tidak punya ikatan...
.
.
****FAHMI POV****
Hari yang indah....
Walaupun hari ini ada hujan lebat yang membuatku terjebak di sekolah....
Setidaknya aku terjebak dengan orang yang aku cintai.
"bri...."
Saat ini, aku dan Abri duduk di teras kelas sambil memandangi air hujan mengalir dari atap.
"bri, mungkin hehe.....", aku hanya bisa memalingkan wajah darinya karena malu, "aku adalah orang paling bahagia saat ini"
Abri yang baru habis menangis hanya berkata dengan datar, "tapi kita tidak ada hubungan apapun mi"
"hehe, walau begitu... Tapi kau memaafkanku saja itu sudah cukup bri, setidaknya kau menerimaku sebagai temanmu", aku menatapnya dengan senang.
"mi..."
"hm?"
"aku juga menyukaimu....., jujur mi....", Abri akhirnya menatapku, kini mata kami saling berpapasan, "a aku ak aku juga mencin...taimu", ucapnya terbata-bata.
Aku tak terkejut mendengarnya, "aku sudah mengerti bri, tapi aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku", iya...
Begini saja sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?