Idham

23 2 0
                                    

"nah, ini kamarku"

Aku membawa Idham masuk ke kamarku.

"maaf ya, agak berantakan"

"ga apa-apa bri, mendingan, daripada di kosan yang agak sempit hehe, jadi rindu suasana rumah", Idham tiba-tiba nampam lesu.

"ada apa?", tanyaku risau.

"hehe bukan apa-apa kok bri, aku cuma teringat rumahku di kampung"

Akupun tersenyum, "anggap saja ini rumahmu sendiri dam, istirahat saja dulu, aku mau mandi", akupun mengambil handuk dan langsung pergi ke kamar mandi.

****IDHAM POV****

Aku benar-benar jadi rindu rumah sekarang....

Sudah lama aku tidak pulang, sepertinya sudah hampir 3 tahun, sejak aku masuk SMK.

Tapi....

Pulang pun percuma....

Aku tidak akan merasakan kehangatan rumah lagi.

"bri?", saat aku sedang melamun, tiba-tiba kakak Abri masuk ke kamar dan mencari Abri.

"Abrinya lagi mandi kak", ucapku.

"ohh begitu....", ucapnya sembari memasuki kamar, dia kemudian menghampiriku dan langsung menepuk pundakku.

"terima kasih sudah menolong adikku, aku berhutang banyak padamu sekarang"

"ja jangan bilang begitu kak!, aku sudah di izinkan tinggal sementara disini saja aku sudah sangat berterima kasih"

"hmm", dia tersenyum, "makasih ya, syukurlah dia bertemu orang yang baik sepertimu"

Aku tertunduk mendengarnya...

"menurut kakak..., aku ini orang baik?"

"tentu!, memangnya kenapa?"

"ti tidak apa-apa kak..."

"kamu punya masalah kan?", apa aku kelihatan sedang punya masalah sekarang?

"ayo ceritakan, mungkin saya bisa bantu"

Aku menatap kakak Abri sebentar...

Kemudian akupun menceritakan sesuatu padanya....

Sesuatu yang selama ini aku sembunyikan dari orang-orang.

"tiga tahun lalu...., kakak ingat tsunami di provinsi sebelah?"

Dia mengangguk, "te tentu..., waktu itu saya kebetulan di tugaskan sebagai relawan disana", katanya.

"ibu dan adikku menjadi korban waktu itu..., dan....", aku menggigit bibirku...

Aku sungguh tak kuat menahan kesedihanku saat mengingat kenangan tragis itu.

"malam sebelum tsunami itu datang.... Ada gempa!, aku saat itu sedang tidur dan langsung bangun..."

"lalu..."

"waktu itu karena panik.dan takut, aku langsung berlari keluar rumah, aku meninggalkan ibu dan adikku yang waktu itu masih di dalam rumah, mereka masih tertidur dan aku tidak membangunkan mereka, hiks.. hiks...he heee", akupun menangis.

"dan karena itu...., mereka menjadi korban?", tanyanya.

"ha harusnya... harusnya aku tidak lari waktu itu!, harusnya aku ikut mati saja!, bahkan ayahku sekarang membenciku karena kejadian itu!"

Di tengah kesedihanku...

Kakak Abri langsung memegang pundakku.

"jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri, waktu itu kau pasti juga tidak bisa berbuat apa-apa kan?, kamu sudah benar lari dari sana waktu itu"

Walau SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang