Jam pulang tiba...
Aku yang baru saja keluar dari kelas tanpa sengaja melihat Abri, ia tidak mengenakan rompi PMR nya, harusnya ia menggunakan rompi itu jika mau bertugas sebagai tim medis di final Smadel Cup hari ini.
Entah mengapa, firasatku sepertinya Abri tidak akan bertugas di final hari ini.
Abri nampak begitu murung berjalan ke arah parkiran.
Saat itu....
"kalau begitu coba kamu temui Abri, terus coba ungkapkan perasaan kamu yang sebenarnya!", Ucapan tante Betty di kantin tadi terngiang di kepalaku.
Akupun berpikir, mungkin memang sebaiknya aku jujur pada Abri soal perasaanku, dan bagaimana pun sikap Abri nanti....
Semua harus aku terima dengan lapang dada.
Aku lalu berjalan ke parkiran, terlihat Abri menaiki motornya dan keluar dari parkiran.
Namun....
Dia bukannya belok ke arah kiri yang harusnya jalur pulang ke rumahnya ataupun ke Stadium Mandala, Abri malah belok ke kanan, yang mana itu jalur untuk makin masuk ke lorong sekaligus arah ke rumahku.
Aku kemudian bergegas mengambil motorku dan mengikutinya dari jauh.
Terus....
Terus aku ikuti namun tetap menjaga jarak agar Abri tidak curiga atau melihatku membuntutinya.
.
.
****ABRI POV****
Akupun tiba di pemakaman yang letaknya tidak jauh di dalam lorong sekolah kami.
Rasanya sudah lama aku tidak melayat ke makam orang yang sangat aku cintai itu...
Kak Waldi...
Begitu selesai memarkirkan motor, akupun masuk ke area pemakaman dan langsung ke makam kak Waldi.
"maaf kak, hehe Abri baru datang lagi", ucapku sembari berjongkok di sebelah makamnya.
Aku terdiam sesaat...
Memperhatikan gundukan tanah makam yang sudah mulai di tumbuhi rumput.
"kakak nyenyak sekali tidurnya......, hehe aku jadi bicara sendiri sekarang...", kemudian...
Aku menggigit bibirku menahan tangis.
"kak...., maaf....", ucapku pelan.
"maaf... maaf kak...., aku benar-benar malu.... hiks..., aku... aku nyaris melupakan sumpahku!, harusnya aku sadar kak!, aku benar-benar tidak bisa menggantikan kakak!"
Aku akhirnya meluapkan semua keluh kesahku...
Semua yang sejak kemarin membuatku sangat terganggu.
"aku harus bagaimana kak?!!!"
****FAHMI POV****
Aku sudah mendengar semuanya...
Dan akupun sudah cukup tahu...
Sepertinya walaupun aku ungkapkan bagaimana perasaanku, Abri tetap tidak akan bisa menerimaku...
Bahkan jika itu bukan aku.
Sepertinya....
Abri memang tidak akan pernah menerima siapapun lagi untuk mencintainya...
Untuk mendampinginya.
Terlihat...
Abri mulai berdiri, ia pun beranjak dari makam kak Waldi, aku bergegas pergi dari sana sebelum Abri melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?