Dua hari telah berlalu sejak kami menjenguk Abri, sejak saat itu kami jadi lebih sering mampir untuk melihat perkembangannya.
Di kantin...
"nanti kita mampir ke rumah sakit lagi bagaimana?", ajak Gusti.
"boleh, tapi aku mau ke rumah dulu, ayahku menitipkan sesuatu untuk Abri hehe", kata Ivan.
"Fahmi, kau ikut lagi kan?!, justru sekarang kau punya kesempatan untuk dekat dengan Abri!", jelas Rajab.
"iya jab, tapi untuk dekat dengan Abri...., sepertinya tidak dulu..., kalian lihat sendiri kan?, Abri sekarang sedang syock berat", jelasku.
Tiba-tiba di antara perbincangan kami, seseoranh datang dan ikut duduk di meja yang kami tempati.
"kalian mau menjenguk Abri ya?!, aku boleh ikut?", dia Jalil, teman sekelasku yang beberapa hari lalu terus menanyakan soal Abri padaku.
"aku ini teman Abri di TK dulu, jadi kami juga sudah dekat dari kecil".
"bol...."
"tidak", aku langsung memotong ucapan Rajab.
"pengunjung rumah sakit di batasi, jadi mungkin kau bisa datang lain kali", kataku.
"hmm... Hahahaha ya sudah ya sudah, lain kali ya?, oke kalau begitu...", Jalil kemudian berdiri dan langsung pergi.
"aneh...", ucap Rajab.
.
.
Sepulang dari sekolah, kami berempat langsung berangkat ke rumah sakit untuk kembali menjenguk Abri.
Kriiik
Gusti membuka pintu kamar perawatan Abri.
"Abri, kami datang lagi!!!!", sapa Rajab.
Seperti biasa, tiap kami datang Abri pasti dalam posisi duduk dan sedang menatap keluar jendela.
"bagaimana kondisimu?", tanya Ivan.
Abripun tersenyum, "kak Aryo sekarang sedang perjalanan ke sini membawa mobil", ia lalu memejamkan matanya, "aku akan pulang hari ini"
Kami jadi sangat senang mendengarnya, "syukurlah!, jadi besok kau sudah kembali ke sekolah?!", tanyaku.
Abri mengangguk, "pasti, aku sudah ketinggalan banyak pelajaran hehe"
"tenang bri, nanti aku pinjamkan catatanku", kata Gusti.
"makasih gus", ucap Abri.
Tak lama kemudian, kak Aryo datang.
Kamipun membantu membereskan barang dan pakaian Abri. Setelah selesai, kami pun ikut mengantar Abri pulang ke rumahnya.
.
.
Besoknya di sekolah....
Benar saja, hari ini Abri sudah masuk lagi ke sekolah.
"Mi!!!!!!", sahutnya saat melihatku berjalan di pinggir lapangan.
"bri..."
Abripun bergegas menghampiriku, "bagaimana kabarmu?", tanyaku.
"sudah lumayan mendingan mi", aku tersenyum mendengarnya.
"oh iya, kau mau kemana?", tanyanya.
"mau ke perpus, Ivan, sama Rajab sudah di sana, Gusti ke kantin dulu cari makan di kantin", jelasku.
"ya sudah, aku ikut ya!", kamipun berjalan berdua menuju perpustakaan.
Saat tengah berjalan, mataku melihat cincin yang Abri pakai, sangat persis dengan cincin pemberian kak Yudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?