Aku hanya bisa memejamkan mata sekarang...
Sudah pasti ayah akan memarahiku setelah tahu kalau aku menyukai sesama jenis!
"Fahmi...."
Mendengar ayah mengucapkan namaku membuatku makin takut.
"a ayah..., maaf!, aku sudah gagal menjadi putra yang baik untuk ayah...."
"buka matamu nak...."
Aneh, bukannya nada amarah yang aku dengar, ayah malah terdengar masih santai berbicara denganku.
Dengan ragu akupun membuka mata, dan yang membuatku terkejur adalah ekspresi ayah...
Bukannya marah, dia malah terlihat tersenyum.
"yah?", aku sampai bingung dengan reaksinya itu.
"jadi...., kamu menyukai Abri?", tanya dengan lembut.
"a ayah tidak marah?", tanyaku balik.
"apa Abri menerimamu?", ayah malah kembali memberiku pertanyaan.
"ayah kenapa?, ayah tidak marah aku menyukai sesama laki-laki?!"
"buat apa ayah marah jagoan ayah?!", ayah kini malah merangkulku dengan erat
"hahahahaha putraku sudah besar haha"
"ayah apa-apaan?!"
"sudah waktunya kamu tahu seperti apa ayahmu dulu...", tiba-tiba nada bicaranya jadi kedengaran serius.
"ayah....., dulu ayah sama sepertimu, mencintai sesama jenis"
Tak ada kata yang terucap....
Aku hanya bisa menganga mendengar ungkapan ayah barusan.
"a ayah.... Serius?"
"kalau di ingat-ingat dulu itu masa yang sangat indah, ayah dan orang itu bisa bersama...., cuma sayang.... ayah dan dia harus berpisah", ayah menatapku, "kami berpisah karena dia meninggal dalam tugas"
Meninggal dalam tugas?
"yah...., jangan bilang...."
Belum selesai aku bicara, ayah langsung membenarkan isi kepalaku.
"iya, Arsun, ayahnya Abri, kami dulu menjalin hubungan terlarang"
"ahahaha ayah bercandanya berlebihan hehe, udah ah yah jangan main-main"
"ayah serius!, dan ibumu pasti senang kalau tahu kamu juga sama seperti ayah!"
Tunggu?! Apa?!
Ayah langsung berdiri dan hendak berjalan keluar dari kamarku.
"yahhh tunggu!!!!, ja jangan beritahu ibu! ibu pasti akan memarahiku habis-habisan yah!", akupun bangkit dan berusaha menghentikannya.
"ibumu tidak akan marah mi!", ayahpun membuka pintu kamarku.
Dan....
Betapa kagetnya aku, melihat ibu sudah berdiri di depan pintu dengan kedua tangan di lipat di dadanya.
"yah jangan....", ucapku memelas.
Ibu menatapku, dan berkata, "ibu sudah dengar semuanya"
Sial....
Habis sudah riwayatku....
"bu, aku minta maaf bu, kumohon ja...."
"kenapa Abri tidak menerimamu?, itu karena kamu terlalu kekanak-kanakan Fahmi!, berhenti bersikap seperti bocah kalau kamu mau serius menjalin hubungan dengan seseorang!", setelah itu ibu langsung pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
DragosteBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?