Bagaimana

13 2 0
                                    

Besoknya....

Aku menunggu Abri datang di gerbang sekolah, mau bagaimanapun caranya, aku harus minta maaf padanya!

Kemarin aku memang salah dan ku akui itu, aku tidak bisa mengontrol emosiku kemarin, tapi setidaknya Abri mau mendengarkan penjelasanku dulu.

Sejak kemarin Abri marah karena Ardi dekat denganku, yahhh...

Walaupun sebenarnya aku bingung dia cemburu atau bagaimana?, yang jelas aku harus menjelaskannya!

Aku dan Ardi tidak punya hubungan apapun.

"lagi ngapain mi?", bukannya Abri yang datang, malah Ivan yang muncul.

"aku nungguin Abri!"

"Abri sudah datang dari tadi mi, kau nunggu orang tapi kau sendiri lambat datang ke sekolah!"

"lha?, kan ini masih jam 06:46"

"dasar konyol...., jam datang Abri sendiri kau tidak tahu, Abri tiap pagi datangnya selalu di bawah jam 06:30"

"ja jadi mana Abri?!"

"tadi lagi ngumpul sama anak-anak PMR, tapi udah bubar, paling ke kelas atau ke kantin bareng Rajab"

"oke van makasih!"

Segera aku meninggalkan gerbang dan masuk ke lingkungan sekolah.

Tapi....

Kalau Abri di kelas, aku tidak mungkin ke kelasnya, pasti bakal ada keributan...

Apalagi di kantin!

Aduhhh, apalagi sekarang Abri tidak mungkin ku bujuk untuk ngobrol berdua...

Chatku saja tidak dia balas, jangankan di balas, centang biru saja tidak.

"susah sih kalau sudah begini...", benar-benar...

Jerih payahku selama ini untuk pendekatan dengannya hancur karena masalah kemarin.

Tapi....

Kalau memang Abri cemburu aku dekat dengan Ardi...

Hehe, bukankah itu tandanya Abri sekarang suka padaku?!

"hehehehehehehehehehehe"

"miiii jangan stres dulu mi!!!!!", tanpa aku sadari Rajab sudah ada di sebelahku.

"eh?, jab?"

"mi kau kenapa malah ketawa sendiri disitu?, aku tahu masalahmu dengan Abri kemarin sudah sangat berat, tapi aku mohon jangan gila dulu mi"

"hehehehehehe"

"FAHMI!!!!"

"hehehehe hanya saja jab..., kemarin Abri ternyata marah padaku karena Ardi selalu dekat denganku", jelasku.

"Abri marah karena Ardi dekat denganmu?, hah!", Rajab sampai menutup mulutnya tak percaya, "artinya Abri...."

"hahahha iya jab!, Abri cemburu hahaha cemburu tanda?"

"cinta!", sambung Rajab, "kalau marah tandanya?"

"sayang hahahahahaha", balasku.

Tadinya aku sangat sedih...

Tapi sekarang aku jadi sangat kegirangan begitu memahami semuanya hehe...

"hehehe bri!!!!", sahutku saat melihat Abri melintas dan hendak masuk ke kelasnya.

"bri kau cemburu kan?!"

Abri seketika mengerutkan dahinya, langsung masuk ke kelas dan membanting pintu kelasnya.

Walau SejenakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang