Sementara itu....
****FAHMI POV****
Aku tadinya mau ikut dengan Rajab ke rumah Abri, tapi saat ini aku ada pelatihan kepemimpinan di sekolah.
Aku sangat khawatir dengan kondisi Abri, apalagi mungkin sekarang dia sudah tahu kalau kak Waldi di temukan meninggal dunia.
"kau dekat dengan Abri kan?", tanya seseorang yang duduk di sebelahku.
"aku berteman dengannya dari kecil", jawabku.
Dia lalu berkata, "kau tahu Fahmi?, aku juga teman kecil Abri"
Dia adalah Jalil, teman sekelasku yang juga terpilih untuk mengikuti latihan kepemimpinan sore ini.
"kenapa kau malah membahas Abri?", tanyaku pada Jalil.
"haha bukan apa-apa Fahmi, cuma beberapa hari ini Abri sudah tidak masuk sekolah...."
Aku langsung melirik ke arahnya.
"kalau tidak salah.........., Abri mulai tidak masuk saat kita menerima berita kalau kak Waldi hilang?, benar kan?"
Aku langsung berdiri dan tanpa mengatakan apapun, aku segera keluar dari ruang osis itu.
Tapi baru saja keluar, aku sudah di hadang oleh seseorang.
"kau Fahmi kan?", tanyanya, ia tak lain dan tak bukan adalah kak Yudi, yang pagi tadi menyampaikan kabar duka soal kak Waldi.
.
.
Kak Yudi lalu mengajakku berbicara empat mata di parkiran.
"ada apa kak?, sepertinya ada hal penting"
Kak Yudi kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, sebuah kalung dengan sesuatu yang nampak seperti cincin di dalamnya.
"kalung ini titipan dari Waldi", ucap kak Yudi.
"aku sepupunya"
"kak Waldi...."
"sebelum masuk pendidikan, Waldi memberikan ini padaku, katanya berikan pada adik kelas di SMA yang bernama Fahmi", jelasnya.
"aku?, kak... Tidak salah kan ini?", tanyaku.
"tidak ada Fahmi yang lain kan di sini?", aku langsung tertunduk mendengarnya.
"dan juga, Waldi meninggalkan dua surat....", kak Yudi kembali merogoh saku celananya dan mengeluarkan dua amplop.
"ini untukmu, dan kak Waldi juga memintaku untuk menyerahkan ini pada Abri"
Akupun menerima kedua surat itu.
"kak Yudi...., kenapa aku?", tanyaku bingung.
"Waldi bilang kau adalah orang yang cocok untuk menggantikannya menjaga hartanya yang paling berharga jika ia tidak bisa pulang", jelasnya, "yah, aku juga tidak tahu harta apa yang ia maksud, yang jelas wasiatnya sudah aku sampaikan"
Kak Yudi pun berbalik dan pergi meninggalkanku sendiri.
.
.
Lalu di rumah Abri...
****ABRI POV****
Aku berbaring...
Di pangkuan Rajab.
Air mataku terus mengalir bersama dengan rasa sakit di tenggorokanku akibat berteriak.
"jab...."
"aku minta maaf bri...., aku ke sini membawa kabar buruk untukmu", ucap Rajab.
"jab, kak Waldi berjanji padaku akan segera pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?