Aku dan Wandi saling memandang.
Ughhhh, rasanya aku sangat malu!
Keringat dinginku juga terus bercucuran sekarang.
"wa wan... A Aku bisa jelaskan...."
"maksudmu....., kau dan Jalil bermusuhan karena memperebutkan ekhem!, Abri?!", mata Wandi sampai melotot kepadaku.
"wan.... I Itu... Aku...."
"jadiiiiii selama ini kau pelangi?!"
"bukan! Pe Pelangi?", maksudnya pelangi apa?
"pelangi!, belok!"
"hah?", aku makin tidak mengerti.
"haduhhhh, begini!, Pelangi bentuknya apa?"
"me melengkung", jawabku.
"melengkung kata lainnya apa?"
"belok?"
"nah itu!, makanya pelangi jadi simbol orang belok!"
"hah?!, maksudmu orang belok?"
"ya kau itu!, suka dengan Abri!"
"ohhh gay?, eh?!, heiiiii aku bukan gay!, aku juga masih suka perempuan!, Ariel Tatum!, Chef Renata, Isyana Sarasvati, Mikasa, Nami, Hinata juga sama Tenten, cuma aku juga suka sama Abri wan!"
"itu namanya belok mi!, mi sadar oiiii!!!!! Jangan jadi tanda-tanda kiamat!"
"ga usah teriak juga wan!, takut orang-orang dengar!", tegurku was was.
"ta tapi mi...., kau suka denganku tidak?", hah?!!!!, apa-apaan lagi ini?!
"ya jelas tidak lah!, sudah aku bilang cuma Abri saja laki-laki yang aku suka dan cintai! Titik!", tegasku.
"ya yahhh syukur deh hehehe, tapi kau bilang rebutan dengan Jalil, artinya Jalil juga ya?", tanya Wandi serius.
"iya, makanya aku sangat takut kalau sampai Abri jadian sama Jalil!, omong-omong kau tidak akan menjauhiku kan wan?", tanyaku risau, takutnya Wandi malah ilfil denganku setelah tahu kalau aku menyukai Abri.
"hehe santai mi!, kita kan teman!, mana mungkin aku menjauhimu cuma karena suka dengan cowok hehe, ta tapi kalau suka denganku itu lain lagi ceritanya.
"tadi kau menyebutku tanda-tanda kiamat...", ucapku dengan wajah datar.
"canda saja brooooo hehehehehe!, jangan marah ya mi!, kita kan mau tanding"
"bagaimana aku tidak marah kalau kau malah mengajak si anaconda itu masuk tim kita!"
"ya di coba saja dulu, mungkin bisa cocok kan?!, lagian juga sudah tidak ada orang lain yang bisa kita ajak mi"
Aku diam dan langsung menyantap cotoku dengan kesal, sementara itu Wandi malah terus membujukku untuk menerima Jalil masuk ke dalam tim.
"ayolah miiiiiiiiiiiii......, nanti ku bantu PR Biologi deh!"
"hm"
"ku..... ku teraktir coto lagi?"
"hm"
"nanti aku bantu kerjakan tugas makalah Kimia!"
"hm"
"Aku bantu untuk dekat dengan Abri bagaimana?!"
"dengan syarat!, jika Jalil mengejek atau mengerjaiku maka kau harus membantuku!"
"Siap!!!!"
.
.
Setelah makan siang, kami bergegas menuju ke stadium Futsal yang letaknya tidak terlalu jauh dari warung ibunya Wandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?