Seusai berganti pakaian dengan kaos yang sebelumnya Abri beri, akupun kembali ke kamarnya, walau hanya dengan handuk melingkar sebagai bawahanku.
"sudah?, maaf aku tidak bisa meminjamkan celana, kau tahu kan.... Penyakit kulit", kata Abri.
"kau.... Punya penyakit kulit?"
"uh?!, bukan aku!, dasar tidak sopan!"
"pelit...."
"uhhhh dasar!!!!!, kau pasti tahu lah apa yang aku takutkan!, nih pake!", ia memberikan sarung padaku sebagai ganti celanaku.
"cepat pake"
"iya iya, bawel...."
"apa?!!!!!!, berhenti mengataiku bawel!", ia yang kesal lalu naik ke ranjangnya dan memainkan hpnya.
Melihatnya yang sekarang....
Aku pikir kini dia benar-benar sudah menjadi sosok yang berbeda...
Jika dia Abri yang dulu, maka ia pasti akan memarahiku karena khawatir yang berlebihan.
"kalau sudah selesai sini naik tidur", katanya.
"kau yakin membiarkanku tidur satu ranjang denganmu?"
"selama kau tidak melakukan sesuatu yang aneh!"
"hmm....", mungkin akan seru jika aku mengerjainya sedikit, pikirku.
"aduhhh bagaimana ya?, padahal hujan-hujan begini enaknya ngopi"
"oh...", hanya itu yang ia ucapkan.
"aku bilang hujan-hujan begini enaknya ngopi...."
"jadi.....", ia yang sedari tadi sibuk dengan layar hpnya kini melirikku.
"buatkan aku kopi"
"kau pikir aku pelayan?!"
"etttt, videomu", ancamku.
Ia langsung menatapku dengan ekspresi kesal, lalu tanpa mengucapkan apapun ia langsung bangkit dan keluar dari kamar.
"hahahaha....., seru juga ternyata", tawaku puas.
Beberapa saat kemudian, Abri pun kembali dengan membawa secangkir kopi panas untukku, "ini yang mulia...."
"yang mulia?, hmm.... kedengarannya bagus"
"terserah!, menyesal aku membiarkanmu menginap disini!"
"lagian kan besok minggu, anggap saja malam ini kau punya teman malam mingguan hahaha"
"aku tidak dengaaaaaar!!!!!"
"bawel...."
"berhenti memanggilku begitu!!!!!!"
.
.
.
Kemudian....
Kami berdua pun tidur seranjang.
"selimutnya boleh untukku?", tanyaku.
"berdua!"
"videomu...."
"ambil!", ia langsung menarik selimutnya dan melemparkannya padaku.
"hehe, santai...."
"berisik!, aku mau tidur!"
Tak lama kemudian...
Tidak ada lagi percakapan di antara kami.
Yang ada hanya suara air hujan yang mengenai atap, dan hembusan angin yang sangat kencang di luar.
Aku lalu memperhatikan sekeliling ruangan yang gelap...
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Sejenak
RomanceBagaimana jika Sejenak, Selir Hati, Plupiophile, dan cerita lain karya author yang pernah publish bergabung kedalam satu alur?