1

22.2K 728 51
                                    

EMERALD'S POV

"Pak... bukain dong" ucapku terengah-engah sambil sesekali menyeka keringatku yang mengucur dengan derasnya. Yep hari ini aku berlari dari halte untuk menuju sekolahku. Bukan tanpa alasan aku berlari, mobilku tiba-tiba saja mogok hari ini.

"Nggak bisa neng, pintu gerbang sudah ditutup 30 menit yang lalu"

"Pliissss Pak, sekali ini aja"

"Dari kemarin-kemarin juga begitu neng" sepertinya usahaku kali ini gagal untuk melobi satpam sekolah, karena pintu gerbang tidak kunjung dibuka.

"Pak..."

"Udah neng udah, kalau saya turutin neng Eral buka pagar ini, bisa-bisa saya dipecat sama bu Dira"

Dengan tergesa aku berjalan pergi dari gerbang sekolah. Padahal hari ini aku sudah berniat untuk sekolah dengan baik dan benar. Tapi takdir berkata lain sepertinya.

Oh ya perkenalkan namaku Emerald Dimitri, anak kelas XI IPA-4 di sekolah yang bisa dibilang berstandar internasional. Rata-rata siswa yang ditempatkan dikelas itu adalah anak yang hidup segan mati tak mau.

Bagaimana tidak, rata-rata anak-anak di kelas itu bahkan tidak mengerti sama sekali dengan mata pelajaran IPA dan memilih IPA hanya untuk gengsi semata. Tapi tidak denganku, ada alasan lain kenapa aku ditempatkan di kelas laknat itu.

Sepertinya tidak ada cara lain lagi untukku agar bisa masuk ke sekolah. Aku berlari kecil menuju tembok samping sekolah yang bertepatan dengan toilet siswi. Tepat dibelakang toilet, ada sebuah pohon yang biasa aku gunakan sebagai tumpuanku ketika ingin membolos jam pelajaran.

Seperti yang sudah-sudah. Aku berhasil mendarat dengan indah tanpa luka sedikitpun. Sepertinya aku memang terlahir sebagai ninja hehehe.

Agar tidak menarik kecurigaan guru-guru, aku akan masuk ke kelas saat jam istirahat. Jadi tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain berdiam diri di bilik toilet. Untung saja cleaning service disini rajin membersihkan toilet, jadi aku tidak akan mual berlama-lama ditempat ini.

Setelah mendengar bel istirahat berbunyi, aku keluar dari toilet dan memastikan tidak ada guru yang melihatku menenteng ransel.

"Hey kamu... mau kemana kamu bawa-bawa ransel, mau bolos ya" enak saja justru aku sedang berusaha untuk tidak membolos hari ini.

Tentu saja aku tahu siapa pemilik suara khas itu, dia adalah Pak Beni guru BK di sekolahku yang terkenal menyebalkan. Padahal dia adalah lelaki tua tapi entah kenapa suaranya begitu nyaring ditelingaku. Ketika aku menoleh kearahnya, sekali lagi aku mendengar suara nyaringnya.

"Oh jadi kamu... Emmmmerald, mau bolos ya kamu. Eh tapi tadi kamu tidak ada di kelas. Ooohhh kamu baru datang ya, lewat mana kamu, dasar anak bandel" ucapnya bertubi-tubi. Jujur saja ingin sekali aku melakban mulutnya, karena berkali-kali air liurnya muncrat ke wajahku dan ini benar-benar menjijikan.

"Emerald pak" ralatku

"Terserah saya mau memanggil kamu bagaimana"

"Yaudah terserah bapak, btw pak saya ke kelas dulu ya bentar lagi istirahatnya selesai"

"Kata siapa kamu boleh masuk kelas" ujarnya sambil menarik ranselku "kamu ikut saya ke ruang BK, sekarang!"

Dengan kembali tergesa aku berjalan mengekori Pak Beni yang menuju ke ruang BK. Seketika bulu kudukku merinding saat aku masuk keruangan ini. Sepertinya jin disini memang selalu bereaksi apabila Pak Beni ada di ruangan ini.

"Emmmmerald Dimitri" aku bingung, sebenarnya ada dendam apa orang ini dengan namaku. Bisa-bisanya menyebut namaku seperti itu

"Emerald Dimitri pak" ralatku kembali

Last Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang